Hari Ke Sembilan Puluh Empat Ngampus

Foto hanya pemanis
"Di denda berapa elo Bang?" Tanya Yusuf ketika tadi di Perpus melihat gue yang kembali harus bayar denda karena telat mengembalikan buku.

"Naik lagi harganya, Perbuku dua ribu sekarang." Jawab gue santai seolah-olah itu bukan masalah besar.

"Buset dah, naik lagi Bang. Kapan yah perpusatakaan dijadikan utama, sehingga membuat para pembaca nyaman. Ini mah udah nggak lengkap, sempit, terbatas dan ---"

"Please speak more slowly, okay." Potong gue.

"Yah, gitu aja takut. Btw mau ke mana elo Bang, buru-buru amat?" 

"Pulang, badan gue kurang fit butuh banyak istirahat." 

"Eh sebelum pulang gue ada informasition and question. Pertama, gue bangga Bang jurusan bahasa indonesia menjadi kandidat pengunjung perpus paling banyak. Dan yang kedua, kenapa akhir-akhir ini elo telat mulu dah?"

Gue diam dengan pertanyaannya. 

"Okay, congratulation. Untuk yang telat ada beberapa hal, gue nggak bisa jelasin nanti juga elo paham sendiri." Ucap gue sambil pergi mengabaikan panggilannya. 


Hari ke Sembilan Puluh Empat Ngampus, pagi-pagi gue sudah dibuat ketar-ketir karena belum mengerjakan tugas review podcast. Se-malam gue ketiduran dengan nyenyak, parah emang. Tanpa banyak pikir gue mulai mendengar podcast yang di kirim oleh dosen, kemudian me-review-nya. 

Podcast yang gue ambil tentang Management Waktu Mompreneur. Berikut sedikit gue paparkan.

Mompreneur adalah Ibu-ibu yang mempunyai dua peran, yaitu sebagai Ibu Rumah Tangga dan Pengusaha. Menurut sang pembicara di podcast tersebut, perempuan memiliki satu keterampilan yang tidak dimiliki oleh laki-laki, yaitu kemampuan multitasking. Arti dari multitasking itu adalah kemampuan yang bisa melakukan dua hal secara bersamaan. Oleh karena itu dengan kemampuan ini, Ibu-ibu rumah tangga mempunyai kesempatan besar menjadi mompreneur. 

Ada tiga tips untuk menjadi Mompreneur.

 1. Pemetaan waktu

Pemataan waktu itu sangat penting agar bisa mengantisipasi waktu yang bentrok antara keluarga dan usaha. Dalam posisi ini kita harus jeli antara kita harus menyesuikan waktu dengan usaha, atau sebaliknya usaha itu yang harus menyesuikan dengan diri kita. Kedua-duanya bisa digunakan di waktu-waktu tertentu. 

Biasanya Mompreneur yang menjadi pembicara melakukan bisnisnya di saat senggang, misalnya setelah Suaminya berangkat kerja, anaknya pergi ke Sekolah dan pekerjaan rumah sudah selesai. Palingan untuk fokus ke bisnis hanya sebentar, lebih fleksibel sih tergantung kitanya. Maka dari itulah dari awal harus tahu dulu mana yang lebih diprioritaskan keluarga dulu atau bisnis dulu biar tidak terjadi bentrok yang membuat kita jongkok.

 2. Planning

Sebelum tidur malam harus direncanakan dulu apa yang akan dilakukan besok, apakah mengantarkan pesanan atau apa? Kalau misalnya mengantarkan pesanan maka harus tahu dulu butuh berapa menit dari pemesan pertama ke pemesan dua dan tiga. Hal ini dilakukan agar bisa mengantisipasi bentroknya waktu antara keluarga dan usaha.

 3. Disiplin

Sebagai seorang Ibu yang bertugas menjaga rumah dan lain sebagainya, tentunya itu sudah menjadi kesibukkan tersendiri. Ditambah lagi dengan menjadi mompreneur, maka dari itu disiplim itu harus sekali agar ketika ada waktu luang tidak santai dulu ngga sih, tetapi mampu mengoptimalkannya dengan yang bermanfaat.

Selanjutnya pembicara memgatakan bahwa agar spirit kita tidak surut menjadi mompreneur, maka harus gabung dengan komunitas yang sama-sama mompreneur, agar semangat kita tidak kendor bersama teman-teman. Disiplin juga manfaatnya adalah agar tidak adanya miskom antara istri dengan suami. Misalmya, Minggu depan Istri akan mengikuti Bazar, maka dari awal harus berbicara baik-baik dulu dengan Suami agar tidak terjadi hal-hal yang tidak penting, seperti berdebat atau ingin dimengerti yang merugikan masing-masing pasangan. 

Mengapa harus menjadi mompreneur? Pertanyaan ini sering bersileweran di mulut-mulut tetangga, faktnya memang benar sih buat apa, kan sudah ada pemasukkan dari suami. Menurut pembicara ada 4 alasan, diantaranya:


1. Bentuk healing untuk mengeskpresikan diri, sehingga tidak bosan di rumah aja. Sebagaiana kita ketahui memang di Rumah aja bosan euy, kalo rutintasnya kaku gitu kayak kemarin-kemarin. Dengan menjadi mompreneur sudah menjadi kepuasan tersendiri bagi Ibu-ibu di Rumah.
 
2. Menambah Penghasilan. Sebenarnya memang benar yang sering disampaikan oleh orang-orang pada umunya, bahwa mgapain sih capek-capek kerja kan ada penghasilan dari Suami. No, Ibu-ibu itu kepuasannya beda euy.

3. Tempat mengaktualisasikan diri. Dengan melakukan aktivitas yang setiap harinya berganti-ganti peran dari srorang Ibu rumah tangga dengan menjadi penguasaha yentunya itu adala bentuk aktualisasi diri.

4. Bermanfaat bagi sesama. Pada bagian ini tanpa saya jabarkan tentunya kita sudah mengetahui arahnya ke mana.

Yeah, begitulah. Seperti biasa gue telat ke kampus bahkan banget. Karena memang telatnya karena sibuk ngerjain tugas dulu. Gue kadang antara ingin ngakak atau bahkan menganggap diri gue goblok bat dah, teman-teman yang lain sudah pada ngumpulin, gue malah santai. Meskipun memang pada akhirnya tetap ngumpulin sih, paling akhir. Sehingga gue layak jadi duta, si paling akhir. 

"Rumahnya di mana, Mas?" Tanya Bu Dosen dengan logat Jogjanya yang khas, ke yang lain juga manggilnya begitu, Mas atau Mbak. 

"Di pandeglang, Bu." Jawab gue sambil senyum, tololnya adalah gue nggak melepas headset. Haduh parah emang euy.

"Oww, jauh yah." 

"Nggak Bu, tidak masalah kok di angkutan umum. Ini murni aja saya bangun kesiangan." Jawab gue jujur tidak mau menyalahkan keadaan. Bagi gue masalah eksternal itu di luar kuasa, sedangkan masalah internal masih bisa diantisipasi.

Dan, gue duduk dengan santainya.

Pembelajaran hanya instruksi tugas kelompok, dan tiga orang - tiga orang berkumpul menceritakan podcast masing-masing. Setelah selesai, teman-teman pada kumpul bahas tugas UAS mata kuliah analisis gender.

"Kita tentuin dah, mau kita buat seminar, penyuluhan, atau bentuk lainnya?" Tanya Penanggung jawab mata kuliah. 

Yang lain pada sepakat membuat penyuluhan ke sekolah, dari pada buat seminar yang waktunya mepet satu bulan. Bayangin loh satu bulan, itu lebih dari cukup. Dibentuklah panitia, dan kali ini gue kembali tidak masuk radar menjadi ketua pelaksana karena menurut pandangan mereka gue sibuk orangnya, takut tidak ter-handle. Menyikapi hal itu gue hanya tersenyum, calm aja dah. 

Sambil mendengarkan diskusi, pikiran gue traveling. Gue bangga tahu dunia organisasi karena perihal membuat acara udah nggak susah lagi gitu. Kalo kesepakatan mereka adalah Seminar, buat gue itu mudah, contohnya konsepnya seperti ini.

SEMINAR PENDIDIKAN

Tema : Pencegahan kekerasan seksual 
Pemateri : Dinas pelindungan anak atau dari dinas pendidikan

Udah aman. Untuk uang tinggal iuran, tempat udah fix tinggal pinjam aula atau kelas, peserta amamin aja teman kampus. Udah tinggal pelaksanaan. Karena dalam acara itu, yang paling sentral ada tiga yaitu; Dana, peserta dan tempat. Di kampus udah ada tiga-tiganya, dengan waktu satu bulan itu panjang bat dah. 

Terus bagaimana kita komunikasi dengan dinas perlindungan anaknya? Ya auidiensi. Ngomong baik-baik, lalu kirim surat permohonan pemateri. Beres tuh dalam tujuh hati. 

Selanjutnya kalau pilih prnyuluhan ke sekolah ini lebih mudah. Pertama-tama datang ke sekolah, ngobrol baik-baik dan ngobrol juga sama Osis, udah kelar tuh. 

Gue langsung beristigfar ketika membayangkan konsep itu sambil mendengarkan diskusi mereka. Gue jangan tinggi hati. Mereka lebih hebat dari gue, maka dari itu ikuti saja kecuali mereka benar-benar mentok. 

Diskusi yang diperkirakan sebentar, ternyata lumayan lama. Gue keluar duluan untuk Shalat dhuha, salah satunya untuk meredam kesombongan yang sedang hinggap di tubuh gue. 

Mata kuliah kedua belajar mandiri, dosennya lagi ada perlu. Dan satu mata kuliah lagi dilaksanakan malam pukul sembilan. Gue lupa ada jadwal kuliah, dengan santainya mematikan data dan tenggelam dalam buku bacaan novel. Haduh, biarlah setidaknya penggantinya setara. Wallahu'alam.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement