"Tugas jurnal elo digarap belum Bad?" Tanya gue kemarin di sela-sela pembelajaran.
"Gue belum palingan malam dah." Jawabnya santai.
"Elo Za, udah?'
"Sama gue juga belum, santai dulu aja kita."
"Lah, sejak kapan elo berdua jadi nyantai begini pas mau dead line? Bisa-bisanya." Sanggah gue sedikit terkejut.
"Calm aja, Co. Kita kan ngikut panutan yang selalu santai aja dah,tapi pada akhirnya." Jawabnya enteng.
"Astagfirullah, bisa-bisanya."
Yeah, manusia memang mengalami perubahan sesuai dengan lingkungannya seperti apa, sekuat apa pun bertahan pasti akan ada titik di mana terpedaya oleh lingkungannya, kecuali bagi orang-orang yang mengikuti Firman-Nya yaitu, selalu tidak lengah. (Qs, Al-A'raf: ayat, 205).
Bisa-bisanya mereka ngikut santai, padahal itu akan membuat jiwa terbantai, tapi biarlah kita santai dulu nggak sih wkwk.
Hari ke delapan puluh delapan ngampus, mata kuliah ada tiga, cuman untuk yang mata kuliah pertama dilaksanakan di luar jadwal karena Dosen ada kesibukkan. Hal ini tentunya menguntungkan bagi kami, jadi ke kelas nggak pagi-pagi banget, tapi sekaligus juga merugikan sih perpindahan jadwalnya seperti biasa tanpa kompromi sehingga ditakutkan bentrok dengan mata kuliah yang lain.
Mata kuliah kedua dimulai pukul Sepuluh Pagi, sedangkan gue berangkat ke kampus pukul sembilan lewat tiga puluh, itu artinya I'm So Crazy it! Elo bayangin perjalanan ke Kampus dari Rumah gue membutuhkan waktu sekitar Satu jam (opsional tergantung mobil angkutan dan jalan kaki dulu) sedangkan gue berangkat hanya menyisakan tiga puluh menit doang, astagfirullah di saat itulah aroma-aroma bakalan telat masuk kelas tercium dengan pekat, Allahumma Solli ala Muhammad.
Ada satu hal yang gue lupa yaitu salah pakai peci, aduh ada-ada aja. Tadinya gue mau balik lagi, tapi nggak jadi biarlah. Gue lihat jam di tangan yang terus berjalan serasa cepat sekali, matahari begitu menyengat sampai melahirkan keringat di tubuh, dalam hati ada dua dialog yang sedang berlangsung.
"Capek yah jalan kaki kayak begini, bayangin kita punya motor, tinggal duduk santai langsung datang. Nah sedangkan ini? Mana capek, badan bau keringat, tubuh nampak hitam di panggang sengatan matahari." Kata hati pertama.
"Iya sih capek, bukankah ini proses untuk menjadi sukses? Tentunya elo sudah tahu delay gratification yang di mana pada waktu itu ada marsmellow experiment. Gue kilas dikit yah, hasil dari penelitian inu adalah, orang yang menunda kesenangan, kebahagiaan di waktu yang belum saatnya cenderung akan sukses nantinya. Mengapa? Karena dia mengerti bahwa segala hal apa pun yang diingingkan bila belum saatnya rasanya hambar malahan cepat bosan. Hari ini mungkin kita nggak punya motor, suatu saat nanti pasti bakalan punya. Lagian emang bakalan menjamin kalo sekarang ada motor kuliahnya lancar? Belajarnya fokus? Nggak, semuanya tidak akan berjalan baik bila belum saatnya dimiliki." Kata hati kedua.
"Yeah, tentu elo benar, but anyway! Gue bukan nggak menerima, yeah sekedar mengungkapkan aja. Cobalah elo ingat-ingat, andai yah target kita dulu dapat tercapai sekarang seperti udah kebeli Leptop, Motor, dan Mesin Print, mungkin akan berbeda ceritanya." Kata hati pertama.
"Yeah, pasti dong. Wong namanya juga target nggak bakalan mulus aja. Tapi calm aja kita tunggu tabungan kita semakin melembung, setelah itu baru satu persatu apa yang sudah kita targetkan tercapai. Ingat satu hal, kita yang ingin kuliah, maka jangan sampai membebani orang tua, kita harus mandiri dan bertanggung jawab dengan kemampuan sendiri." Kata hati kedua dengan bijak.
"Yeah, calm aja. Sekarang kita fokus on the way ke kampus bukan malah sibuk menyalahkan keadaan." Kata hati pertama dengan ceria yang ditanggapi oleh hati kedua, oke gas! Oke gas! kita pilih MK yang kebobolan wkwk.
Banyak warga yang nyapa gue dengan pertanyaan yang bermacam-macam. Penglihat mereka gue rasa kayak iba bat dah melihat gue jalan kaki sehingga membuat gue ingin ngakak, karena dulu gue sering dianggap musafir, sampai-sampai angkutan umum pada lewat padahal gue udah ngasih aba-aba buat berhenti, yeah berhenti pas lampu hijau di lalu lintas menyala haha. Menyala abangku wkwk.
Pikiran gue mulai traveling mencari pandangan baru, apa yang gue dapat dari berjalan kaki seperti ini. Lama gue mikir sambil jalan terburu-buru, akhirnya gue dapat ilham, ternyata beruntung juga yah gue jalan kaki kebanding naik motor, diantaranya:
1. Sehat. Yeah hitung-hitung olahraga aja. Lagian setiap yang nanya sama gue di jalan seperti, tumben nggak naik motor? Gue biasanya jawab, yah, biasa lagi ingin olahraga. Padahal dalam hati gue berkata, iyah nih boro-boro olahraga, dari pada olahraga kayak gini enakan bobol uang negara. Eh, astagfirullah. Nggak maksud gue bobol uangnya buat bantu orang-orang yang ingin belajar sehingga menjadi pintar lalu berkontribusi untuk membangun negeri, bukan dikorupsi lalu dibawa pergi untuk kepuasan diri. Huh!
2. Banyak inspirasi. Sepanjang gue berjalan banyak sekali inspirasi hadir di kepala gue dari cerita pertama sampai ke cerita selanjutnya. Sehingga membuat gue makin strong! Yeah karena inspirasi pada akhirnya melahirkan motivasi. Tapi untuk hal ini tergantung orangnya sih.
3. Punya kenangan. Gue sih membayangkan ketika berjalan kaki bahwa nanti jalan yang gue injaki nanti akan sangat istimewa sekalu. Karena gambaran gue ke depannya lagi naik mobil terus melihat jalan yang sering gue lewati, terus gue menoleh ke keluarga kecil gue, inilah jalan yang menghantarkan Ayah sampai bertemu kalian Nak. Haha anjay emang tapi menurut gue seru, selalu sukses membuat diri gue tertawa ngakak meskipun di saat ada orang lewat, gue tahan sih, nanti gue dikira gila lagi.
4. Banyak dapat doa. Pepatah pernah berkata, semakin kita banyak didoakan maka akan cepat sukses. Ibu gue sering bilang yang istimewanya jalan kaki itu bukan kita sadar bahwa posisi kita sedang berjuang, melainkan juga mendapat banyak doa-doa. Faktanya memang benar, gue sering melihat orang-orang yang ketika melihat gue jalan kaki kayak iba banget gitu, di situlah gue mikir wah doa pertama nih. Terus ada yang kelihatan iba lagi, gue berucap hamdalah, doa kedua nih sampai seterusnya. Sehingga itu tanpa disadari menjadi motivasi gitu.
5. Simulasi kehidupan nyata. Di saat kelelahan jalan kaki gue sering mengadu sama Tuhan, ya Tuhan capek kali yah! Kapan ini berakhir kalo saya banyak istirahat. Lalu Tuhan memberi gue ilham berupa quotes,
"Hari ini kamu capek! Apalagi nanti. Hari ini kamu mengeluh betapa beratnya hidup, apalagi nanti setelah jadi kepala keluarga. Santailah, biasankanlah hidup perih biar nanti kita tidak kaget-kaget amat. Karena hidup itu nggak semulus rel kereta."
Efek dari quotes itu gue tertampar lalu sadar, kenapa gue nggak menikmatinya. Bisa jadi nanti gue kerja keliling kan? Yeah meskipun ekspetasinya kerja nyaman di kantoran. Tapi seandainya kalo realita berkata lain, gue udah biasa aja gitu.
"Kadang kita harus merasakan hidup dibawah agar ketika berada di atas nggak asal nindas. Sebaliknya kita harus merasakan hidup di atas, minimal mindsetnya nanti akan berada di atas, meskipun masih berada di bawah, biar kita tidak terlalu dipermainkan layaknya boneka atau Anjing."
Itu baru dua quotes sedangkan Tuhan mengirimkan beberapa quotes, coba elo bayangin betapa gue nggak tertamparnya coba. Yeah, gue akui sangat capek, tapi dari rasa capek itulah gue mendapat segudang ilmu, pengalaman, dan wawasan untuk mendewasakan diri.
Seperti perkiraan gue dari awal, pastinya gue bakalan telat masuk kuliah setengah jam, ternyata benar, buset dah. Dengan santai gue mengetuk pintu kelas, lalu masuk, menyapa dosen sambil salim, dan duduk. Aman-aman aja. Tapi untuk lain kali gue harus mengubah habit ini biar tidak menjadi budaya.
Mata kuliah ketiga dilaksanakan offline, tapi dosennya nggak bisa datang. Yeah, hanya mengerjakan tugas jurnal lalu presentasi dan pulang deh. Sorenya mata kuliah pertama di mulai selama satu jam, gue nggak mendengarkan materi karena ketiduran. Ibad dan Mirza hanya geleng-geleng kepala sambil bilang, tuh kan dia bakalan tumbang. Ya abisnya gimana gue nggak tumbang, perjalanan gue ke kampus aja menguras tenaga, lengah diit baik di otot terutama di otak, ongkos angkutan umum tidak akan sesuai rencana.
Dan gue pulang malam bersama Ibad, sampai rumah karena di kost sudah makan, gue langsung tumbang hingga menulis buat posting di blog gue kerjakan besok. Maklum kan hari libur, jadi santai dulu nggak sih wkwk.
0 Komentar