Punya Leptop Tidak Menjamin Berhenti Copypaste

Foto hanya pemanis, pas semester 1
Malam tadi dari jam setengah satu sampai jam dua lewat gue ngobrol dengan kakak gue membahas dunia kampus dan dunia literasi. Dari kedua dunia ini adanya penghalang untuk bersatu, padahal harusnya berjalan beriringan. 

"Sekelas mahasiswa, terutama mereka yang dianggap aktivis kampus seharusnya tidak bingung lagi membuat esai, artikel, bahkan jurnal. Mengapa? Karena itu adalah ranahnya. Kalau masih bingung, kualitasnya patut dipertanyakan." Ucap kakak gue.

"Yeah, mungkin sebagian ada yang bisa, tapi sebagian lagi pasti aja." Jawab gue so bijak.

"Tapi rata-rata apakah mereka melek literasi?" Tanyanya menyudutkan.

"Yeah, hanya seremonial. Palingan pas ada tugas aja." Jawab gue jujur, faktanya memang begitu. Jangankan orang lain, gue aja yang tiap hari berusaha menyibukkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan literasi masih bingung perihal membaca, membuat esay, artikel dan lain sebagainya. 

"Yang aneh tuh begini. Di akhir perkuliahan akhir mahasiswa diberi tugas membuat skripsi dengan mengambil referensi dari beberapa buku. Pertanyaannya adalah, untuk hal itu mereka bisa, mengapa pas awal-awal ngampus nggak bisa membuat tulisan sesederhana esai misalnya. Ada apa ini, apakah malas atau karena alasan tertentu?" 

"Yeah." Jawab gue singkat. Perdebatan tensinya lumayan tinggi otak gue bisa-bisa buyar karena belum mencapai ke sana, maka dari itu gue nggak ngebantah hanya diam aja sambil merenung perihal dunia kampus. 

Pembahasan selanjutnya gue arahkan kepada makalah. Yeah, gue resah tidak ada ruang buat belajar membuat makalah yang baik di kampus, mungkin dulu pernah ada tapi terkendala. 

"Emang dari pihak yang lain tidak ada ruang belajar makalah?" Tanya kakak gue ketika mendengar penjelasan gue perihal membuat makalah masih banyak yang copypaste, termasuk gue sendiri.

"Nggak ada sama sekali." Jawab gue jujur.

"Itulah bentuk dari adanya ketidakharmonisan antara dunia kampus dengan dunia literasi. Padahal idealnya berjalan beriringan agar di setiap persoalan yang terjadi baik di internal kampus atau di eksternal bisa dikelola dengan baik, bukan hanya melahirkan satu tuntutan doang yaitu, demo." 

Bicara dunia literasi dengan dunia kampus gue memang sangat merasa ada perbedaan yang jauh. Padahal idealnya memang benar harusnya bersatu. Setiap hal yang berkaitan dengan kampus baik organisasi Himpunan, Bem, Ukm sejatinya tidak terlepas dari literasi. Contohnya di organisasi Himpunan, apakah anggota-anggotanya melek literasi? Mungkin sebagian ada yah, dan literasi ini multitafsir bukan baca tulis doang. Kalau mereka tidak melek literasi, apakah ada jaminan di setiap kegiatan yang diselenggarakan itu banyak esensialnya kebanding seremonial doang? Nggak ada.

Gue sering mempertanyakan kepada panitia acara perihal TOR (Terms Of Reference) atau alasan-alasan yang berlandas mengapa harus diselenggarakan acara ini? Rata-rata jawabannya nggak ada. Malahan bingung, kam aneh. Menurut gue ini harus jelas biar ada perbedaan antara mahasiswa dengan masyarakat biasa. Kalau masih sama kayak masyarakat biasa, mengapa kita harus kuliah sih? Kan simpelnya begitu. Ini hanya keresahan gue sih wkwk toh gue juga belum sesempurna itu.

Bukti kalau mahasiswa sudah melek literasi adalah, dia akan memaksimalkan segala kesempatan yang ada. Dan dalam bersikap bertindaknya tidak asal, akan berlandas dan logis berbeda seperti kebanyakan orang.

Sejujurnya gue masih bingung dengan dinamika kampus, sampai kapan kita nyaman copypaste makalah atau tugas lainnya. Bukankah itu bentuk membunuh kreatifitas? Bukankah salah satu fungsi kita adalah sebagai agen perubahan bagi masyarakat nanti? Kalau dari sekarang aja kita tidak mandiri, bersikap dan bertindak seperti halnya masyarakat biasa bahkan dari pola pikirnya juga, apa yang diharapkan? Semoga Tuhan memberikan petunjuk agar kita berani mengerjakan tugas tanpa copypaste. Karena memang nggak se-mudah membalikkan telapak tangan, gue juga lagi berusaha akan hal ini. 

Pembahasan selanjutnya membahas perihal mempunyai leptop. Di dunia kampus, leptop itu adalah sebuah benda yang menjadi kebutuhan. Bagi orang-orang yanh mampu membeli mungkin sudah sepatutnya punya toh segala tugas tidak terlepas kepada leptop, ya kali megerjakan tugas skripsi di gawai.

Banyak orang-orang yang gue temui di kampus, karena tidak mampu membeli leptop seakan-akan tugas dari dosen harus mengerjakan di leptop saja. Terserah mau pinjam atau sewa sekalipun. Yang konyol adalah ada yang punya leptop tapi nyaman mengerjakannya di gawai, kan aneh, lantas ngapain punya leptop? Entahlah.

Maksud gue adalah, memang leptop itu adalah kebutuhan. Tapi jangan terlalu bergantung kepada leptop, kecuali punya yah. Kadang gue aneh, banyak orang-orang yang membeli leptop hanya di pakai pas mengerjakan tugas doang, hari-hari biasanya dibiarkan saja. Sia-sia amat tidak dimaksimalkan dengan baik. Kenapa nggak pakai belajar desain, membuat makalah yang baik dam benar, atau kegiatan yang bermanfaat lainnya. Sayang aja gitu. 

Karena banyak di luar sana yang ingin mempunyai leptop tapi tidak kesampaian, belum saatnya. Padahal kalau dia punya pasti akan digunakan semaksimal mungkin biar nggak gaptek banget, pas masuk dunia kerja. Minimal bisa membuat tulisan mandiri tanpa copypaste.

Punya leptop tidak akan menjamin kita tidak copypaste mengerjakan tugas ngampus. Justru kadang itu mempermudah.

Dari pembahasan ini gue bersyukur belum punya leptop. Aikh, apa yang gue lakukan bila sudah punya? Apakah digunakan kepada hal-hal yang positif atau negatif? Wallahu'alam.

Pembahasan terakhir membahas perihal mahasiswa yang setelah lulus bingung mau ngapain di masyarakat. Padahal pas di kampus, aktif ke sana - ke mari berbicara problematika umat, mempunyai gagasan yang membangun tapi pas terjun ke masyarakat tumpul. Kenapa ini bisa terjadi? Banyak sebab - akibatnya. Terutama, gagal memaksimalkan waktu di kampus. 

Gue kadang pas kumpulan di kantin sering mikir, hari ini di sini gue bisa haha-hihi, esok lusa nanti gue akan terkejut ditampar kenyataan hidup, masa mau begini terus apalah artinya fungsi mahasiswa bila itu dijadikan seremonial doang. Lebih baik gue sedikit haha-hihi, dan sibuk mempersipkan diri apa pun itu kegiatannya. Karena tujuan kuliah bukan hanya sebatas dapat gelar tapi bisa bermanfaat bagi se-sama.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement