Perihal Catatan Kritis

Di hari ini ketenangan gue benar-benar diuji oleh deadline acara pelatihan kepemimpinan tingkat nasional. Konyol emang, event se-kelas nasional gue anggap ringan, padahal bukan kaleng-kaleng. 

Ada tiga tulisan yang harus gue kerjakan dalam satu hari, yaitu makalah, catatan kritis terhadap Pengurus Besar PII periode 2023 - 2025 dan resensi buku. Dari ketiganya gue mulai dari yang kira-kira mudah dulu biar nggak memakan waktu yang panjang. Sebelum mengerjakan, gue dibingungkan oleh dua hal, pertama di kampus sedang ada sesi wawancara anggota himpunan mahasiswa jurusan PNF. Kedua, gue harus ke sekret Pengurus Wilayah untuk menindaklanjuti persiapan acara pelatihan, karena gue terpilih menjadi perwakilan Banten. 

Dari kedua-duanya gue bingung mana yang harus diprioritaskan. Kalo gue ke kampus hanya untuk wawancara, waktu bakalan habis dengan percuma, padahal gue harus mengerjakan tiga tulisan. Kalo gue ke sekret, ya, sama aja berarti ke kampus kan lokasinya juga dekat. Arrg!!

"Tum, di mana?" Tanya gue ke ketum Daus lewat telephone.

"Yeah, biasa di rumah kak." 

"Gas, yuk! Ke serang jam dua." Ajak gue, biar sekalian mampir dulu ke kampus.

Tuut! Panggilan terputus sinyalnya tidak mendukung, bersamaan dengan itu kuota 100 MB habis. Terangkanlah.... ya Allah.

Untuk memaksimalkan waktu, gue langsung garcep membuat tulisan catatan kritis terhadap masa depan Pengurus Besar PII dengan tajuk, '1/3 Periode PB PII 2023 - 2025, adakah tanda-tanda yang baik?' Sejujurnya gue bingung mau cari data-datanya di IG PB PII kuota gue abis lagi, tapi gue sikapi dengan santai, hasilnya gue dapat solusi yang tepat. 

Di saat menyusun catatan kritis inilah, pikiran gue bertengkar ramai banget menghadirkan, permasalahan sosial, angkatan di kampus, target-target dan penelitian gue dan problematika kampus. Semuanya bertengkar membuat gue pusing-pusing senang. Yeah, menurut Roki Gerung, kita harus sering bertengkar dengan pikiran sendiri karena itu akan meningkatkan kreatifitas dan manfaat lainnya juga. 

Orang yang berpendidikan harus adil dulu dalam pikirannya sebelum bertindak.

Kata dari Pramoedya Ananta Thoer dalam sebuah bukunya Bumi Manusia hadir menyapa sehingga membuat pertengkaran di kepala gue semakin sengit. Bahkan, setelah selesai menulis catatan kritis, pertengkaran masih berjalan. 

Setelah Dzuhur gue langsung lanjut resensi buku kuntowijoyo yang berjudul, 'Islam sebagai ilmu' gue kira-kira bakalan selesai Sore, ternyata benar sekali perkiraan gue tepat. Huus! Dua tulisan akhirnya kelar, gue tinggal tempur habis-habisan membuat makalah, bodo amat salah juga atau hasilnya jelek yang terpenting tidak coopypaste. 

Se-pulang shalat Magrib, sebelum gue fokus membuat makalah ada satu hal yang gue lupakan. Ketum Daus nggak datang ke rumah, itu artinya gue harus membuka WA dulu siapa tahu ada kabar baru. Pas gue aktifkan data, wih, pesan datang berhamburan, terutama dari teman-teman kampus. Gue menarik nafas biar tenang, yeah seharusnya gue ikut wawancara tapi mau gimana lagi, biarlah yang penting sudah berkomunikasi untu tidak bisa ikut karena gue benaran nggak sempat datang. 

Di grup acara pelatihan, gue lihat di daftar list ada beberapa nama masuk, semuanya delegasi dari antar provinsi. Terutama yang membuat gue terkejut adalah, ada delegasi dari Provinsi Aceh. Whaat? Ketenangan gue kembali goyah, mereka sudah selesai semua persyaratannya, sedangkan gue? Makalah aja belum jadi. 

Adzan Isya berkumandang, gue dilematis antara Shalat dulu atau lanjut membuat makalah? Gue putuskan shalat dulu dan meminta bantuan kepada Tuhan untuk diberikan kemudahan. 

Waktu gue tinggal sisa lima jam, telat sedikit pendaftaran bakalan tutup. Dan harapan gue untuk ikut acara pelatihan musnah sudah, harus menunggu tahun depan. Qodarullah, gue diberi kemudahan, ngalir aja. Karena gue mengerjakannya di HP buka di Leptop, ada beberapa kekurangan. Terutama pada bagian footnote. Arrh! Biarlah.

Setelah makalah beres, jujur gue merasa puas banget! Satu hari dikejar deadline tiga tulisan. Ada kabar yang membuat kebahagian gue mengecil, besok dapat panggilan kerja. Owalah, padahal harusnya gue persiapan mental dan barang-barang untuk pemberangkatan, tapi karena ada kesempatan kerja, ya sudah kita kembalikan kepada-Nya.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement