Mengapa Harus Gabung Organisasi HMJ di Kampus?

Foto pas LK 1
Tiga hari yang lalu, pas tanda tangan kontrak mata kuliah, qodarullah gue dipertemukan dengan Pak Dadan, dia adalah dosen yang terkenal sangat disiplin. Telat tiga menit atau bahkan lima menit masuk mata kuliahnya, sudah dipastikan dilarang masuk. Yeah, begitulah. Bukan kejam sih, tapi biar kita sadar atas kesalahan sendiri. 

Dipertemuan itu pertama-tama gue bertanya perihal perizinan untuk tidak masuk kuliah dulu karena ada acara pelatihan organisasi se-nasional, itu pun kalau lolos sih. 

"Bapak sangat support dengan keputusanmu untuk mengikuti kegiatan itu, anggap ajalah itu pengganti belajar di bangku kuliah. Toh, sama-sama bermanfaat kok, kecuali izin buat rebahan doang di rumah." Ucapnya dengan santai.

"Siap pak." 

"Beberapa dosen pasti akan ada saja tidak memberi izin, biarin aja jangan takut dengan resiko itu. Justru kalo kita takut aja nggak bakalan berkembang. Kan ada orang yah, mati-matian banget dapat ipk tinggi tanpa menempa diri di organisasi. Padahal selain kecerdasan akademik ada juga yang penting, yaitu kecerdasan realisionship, bagaimana kita beradaptasi dengan lingkungan, memecahkan masalah sosial, mengabdi kepada masyarakat dan lain sebagainya. Itulah kecerdasan yang kadang disepelekan yang padahal manfaatnya sangat besar bukan untuk sekarang, tapi juga untuk masa yang akan datang."

"Siaap, terima kasih pak nasehatnya." Ucap gue dengan semangat, yeah karena api untuk berorganisasi kembali menyala-nyala, sehingga membuat gue rindu akan pergerakan dulu. ORGANISASI! I'M COME BACK CO!!' kata gue dalam hati meskipun sebagian hati gue juga ikut berkata 'calm aja dah' yeah, begitulah. 

Bersamaan dengan hari itu, HMJ PNF sedang open rekrutmen anggota baru. Gue daftar dong tanpa mikir panjang, selagi ada kesempatan ada di depan mata, ya, gas! Hasilnya baik atau buruk, ya, terima karena itu adalah perjalanan yang akan mengantarkan kita kepada jalan kesuksesan. 

Dua hari kemudian, gue ngajak teman-teman angkatan buat ikut gabung, lumayan aja gitu dari pada kuliah - pulang lalu bingung di kosan mau ngapain, lebih baik gabung hmj. Kecuali, punya kegiatan yang lain yah, gue nggak mempermasalahkan. 

Gue kira gampang ngajak mereka, kayak membalikkan telapak tangan, ternyata susahnya minta ampun. Buset dah! Alasannya bermacam-macam, ada yang masih bingung, nggak bisa me-manage waktu, dan alasan-alasan lainnya. Menyikapi hal ini gue hanya tersenyum, teringat diri gue yang dulu, betapa takut resiko dan nggak mau menambah beban wong udah nyaman dengan posisi sekarang, lantas ngapain nyibukkin diri dengan gabung organisasi? Padahal itu mindset yang keliru. 

Faktanya adalah, orang-orang yang sukses itu bukan yang rebahan doang sambil menakut-nakuti diri ngambil resiko. Nggak ada tuh. Semuanya nggak didapat instan, tapi hasil dari proses kerja keras dengan pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, resiko, dan lain-lain. 

Gue teringat pesan dari senior gue di organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) namanya Kang Ikhsan ketua Umum PW PII Banten sekarang, nggak tahu dah dapat dari mana tuh kata-katanya. 

Jangan punya pikiran, organisasi butuh kita, karena itu akan membebani diri. Nanti juga organisasi besar sendiri kok di tangan orang lain. Tapi berpikirlah, kita yang butuh organisasi untuk menempa diri, bukan organisasi yang butuh kita.

Mindset kita selama ini kadang, dibutuhkan banget diorganisasi seolah-olah harus ada gue banget nih, kalo nggak ada gue nggak bakalan berkembang. Maka usaha apa yang harus gue lakukan biar organisasi ini besar? Kita terus berpikir dan berpikir akhirnya stres kelelahan mikir, celakanya menganggap ini beban banget sehingga nggak nyaman kayak terpenjarakan dengan sendirinya. Sebaliknya bila mindset kita yang butuh, maka tanpa diteror atau diajak oleh teman satu organisasi akan sadar sendiri, bahwa saya harus gerak sat-set melaksanakan program ini - itu. Bisa begitulah padahal sama - sama melaksanakan program, efeknya beda. 

Sejujurnya gue masih bingung dengan keputusan teman-teman yang menolak masuk HMJ, meskipun itu hak mereka yah. Gue menyayangkan aja, kesempatan itu tidak datang dua kali. Padahal yang menurut kita hari ini tak berarti sama sekali akan berarti di hari tua nanti. Lebih baik sudah mencoba atmosfernya, toh dari pada di hari tua nanti menyesali.

Bayangkan bila sepuluh tahun yang akan datang anak-anak kita bertanya perihal masa-masa kuliah ngapain aja selain belajar sama dosen, terus kita nggak gabung HMJ, bakalan bingung tuh kita mau cerita apalagi, tahu sendiri kan anak-anak cepat bosen. Kalau pun kita berbohong, gabung organisasi ini - itu, bukankah secara tidak langsung membuka pintu penyesalan karena dulu tidak mengambil kesempatan itu? Tapi kalau misalnya kita aktif sana - sini gabung organisasi yang bukan HMJ aja, bisa UKM dan lain sebagainya, akan banyak cerita yang bisa disampaikan kepada anak kita kelak. Begitu tuh harus mikirnya bukan sibuk mikiran nanti kalo gue gabung bakalan terganggu atau apalah. Yeah, pada akhirnya mau gabung atau nggak kembali kepada diri masing-masing, lagian buat apa gabung organisasi bila tak punya misi dan bukan murni dari hati. 

Ada beberapa hal yang kita dapatkan bila gabung organisasi Kampus, diantaranya:

 1. Belajar menguatkan mental

Dari mana mental kuat datang, dari dia yang suka digembleng. Yeah, begitulah kira-kira. Yang gue dapatkan di organisasi, mental itu benar-benar digembleng pokoknya harus kuat. Jangan ada alasan elo nggak bisa publik speaker, dan lain sebagainya, pokoknya harus bisa. Kecuali, elo benaran nggak bisa. 

Pengalaman pahit yang gue rasakan di organisasi lumayan membagongkan sih wkwk. Soalnya bikin ketar - ketir banget, Co. Gue dulu pernah jadi sekertaris acara dadakan, tugas gue harus buat surat untuk di kirim ke beberapa pihak, masalahnya adalah leptop nggak punya, print- nan apalagi, mana uang nggak memadai lagi. Tapi berkat kerja sama dan keyakinan diri bahwa Tuhan akan memberikan jalan ninja selagi kita libatkan terus dalam perjuangan itu, ya, kesampaian. Lancar aja tuh, meskipun gue nggak menutup mata masih banyak kekurangannya. Dari peristiwa itu gue belajar banyak hal, anjay juga nih tantangan, setiap hari mental digembleng hasilnya begitu memuaskan. 

Dalam hal ini penting sekali kita punya misi mengapa harus berorganisasi, bukan malah jadi buntut doang. 

 2. Meningkatkan Soft Skill

Ada orang yang berorganisasi nggak dapat apa-apa, kayak kebanyakan orang aja gitu. Pun ada orang yang berorganisasi tapi dia mendapatkan banyak hal, nah orang ini biasanya yang mau berproses. Akan beda orang yang berproses di organisasi dengan orang yang ngikut-ngikut doang, dia akan stagnan stak di situ-situ aja. Bayangin, yang gabung organisasi aja begitu apalagi yang nggak yah wkwk. 

Dengan kita gabung organisasi tentunya Soft Skill akan kita dapati. Kemampuannya tergantung dari organisasi yang kita ikuti. Bila gabung organisasi renang, ya, bakalan renang. Bila gabung organisasi sepak bola ya, bakalan bisa nendang. Bila masuk organisasi dinasti ya, bakalan bisa menghasilkan keputusan MK. Eh, apa hubungannya? Bila kita ambil ketiga organisasi itu, ya bakalan bisa berenang - tertendang - masuk kekuasaan. Anjaay, begitulah caranya agar menjadi atlit terkenal.

 3. Me-manage Waktu

Manage waktu itu perlu dilatih, mengapa? Agar ke depannya kita akan terbiasa mengedepankan mana yang harus diprioritaskan. Di organisasi kita akan digembleng banget manage waktu, bila nggak bisa ya, akan bablas. Apalagi kalo posisi kita ngampus, susahnya minta ampun. Ibaratnya kita diberi dua pilihan, mana yang harus dipilih dari keduanya. Dalam hidup, ini penting kita kuasai agar ke depannya setelah masa luamg tergantikan dengan masa sibuk, ya, tetap santai aja menjalani hidup, nggak bingung-bingung amat.

 4. Menambah Relasi

Semua akan berjalan dengan mudah bila kita punya teman ahli dibidang apa pun. Kalau umpanya motor kita tiba-tiba mogok di jalan, sialnya uang di dompet hanya ada dua ribu rupiah, kita nggak bakalan repot, tinggal telephone teman yang kerja di bengkel, kan gitu yah. Atau dalam hal apa pun akan selalu ada jalannya. Mengapa demikian? Karena kita punya banyak relasi segala pos-pos kebingungan sudah terisi tinggal jalani hidup aja dengan santai. 

Dalam Novel Mini Kang Abik yang berjudul, 'Pudarnya Pesona Cleopra' bagian cerita kedua secara tidak langsung memberikan pesan kepada kita betapa pentingnya mempunyai relasi. Di cerita tersebut si tokoh utama mempersiapkan resepsi pernikahan hanya hitungan jam, dan itu diam-diam. Pagi-pagi jam sekitar jam sembilanan mengabari teman-temannya yang dari KUA, Tempat Resepsi, Tokoh Masyarakat dan lain sebagainya. Malamnya setelah Isya dilaksanakan acara itu dengan khidmat. Bayangkan loh, secepat itu Co. Dan bayangkan kita yang udah punya banyak relasi misalnya pagi-pagi datang ke rumah si dia untuk melamar, setelah diterima ditanya kan kapan siap resepsinya. Reaksi elo yang sudah mempersiapkan 100 % malam ini akan dilaksanakan gimana tuh? Wkwk, bayangin dulu aja yah. 


 5. Pengabdian Kepada Jurusan

Jangan tanyakan apa yang negara berikan. Tapi apa yang sudah kamu berikan kepada negara?

Gue lupa lagi siapa dah yang menciptakan quotes itu, yang tahu kasih tahu gue yah? Dalam kecamata gue, kita gabung HMJ nih, itu tuh bentuk kita mengabdi, mengapa? Ya, karena sudah seharusnya dong. Whatever kata orang beginilah - begitulah. Gue kadang nggak bisa berkata-kata ketika ada orang yang selalu menuntut kepada jurusan atau hal apa pun tanpa pernah berpikir, apa yang sudah dia berikan kepada hal itu. Contohnya dalam soal romansa nih, kita selalu menuntut pasangan buat memberikan rasa cinta dan perhatian, tapi kita nggak mau memberikannya sebelum dia memberikan, lah, sama-sama egois dong. Bagaimana kalau misalnya kita sudah memberikan cinta tapi nggak ada feed back? Ya, pergi cari yang lain lagi agar kita dihargai, meminjam kata Gus Dur, gitu aja kok repot. 

Begitu juga dalam jurusan kampus, apa yang sudah kita berikan? Kalau jawabannya, kan gue udah ngasih UKT. Yeah, nggak salah juga sih, tapi kurang tepat aja gitu. Mungkin itulah beberapa alasan mengapa kita harus gabung organisasi HMJ kampus atau sejenis lainnya yang berbau kegiatan, agar kita banyak bekal buat menyongsong masa depan.

Sejatinya kampus itu bukan tempat mencari gelar agar nama menjadi besar sehingga menjamin gajih yang besar di suatu pekerjaan. Lebih dari itu, kampus adalah tempat belajar menempa diri untuk simulasi beberapa hal tentang kehidupan sebelum kita benar-benar terjun ke lapangan. Maka dalam segala tindak - tanduk melakukan sesuatu, minimal dari pola pikir harus berbeda dengan masyarakat biasa. Karena percuma ngampus, menghabiskan banyak uang demi mendapat penghasilan yang cukup bila dalam keterampilan dan wawasan masih minim. Pertanyaannya adalah, kampus yang salah atau kita yang tidak mau memaksimalkan kesempatan yang ada meskipun dengan segala keterbatasan? Wallahu'alam.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement