Janji Yang Harus Ditepati

"Nanti gue bakalan menulis, mengapa gue bisa suka sama elo. Tapi kayaknya nggak sekarang dah, mungkin dua bulan ke depan." Ucap gue kepadanya.

"Emang rasa suka bisa selama itu?" Tanyanya heran dengan apa yang gue ucapkan.

"Nggak tahu dah." Jawab gue singkat karena pada saat itu nggak bisa berkata-kata. Mati kutu bat dah.

Gue langsung pamit sambil berpikir, sudah berapa banyak list target dua bulan ke depan, tapi biarlah selagi happy mengerjakan itu bagus buat perkembangan diri. 

Sekitar dua bulan yang lalu gue ceritanya suka sama cewek, normal dong. Sebenarnya udah lama gue pendam, cuman anehnya nggak padam-padam. Justru kayak gelombang di lautan gitu hari ini nggak ada, minggu depannya nanti ada. Bingung dong gue dengan rasa ini maunya di gimanakan. 

Gue flasback dengan cerita masa lalu, pada saat itu gue takut sekali mengungkapkan perasaan padahal gue udah siap kalau pun ditolak, malah dipendam. Ending-nya apa yang gue rasakan sampai sekarang? Sedikit menyesal. Gue tidak berani mengoptimalkan kesempatan, dan kode-kode cantik darinya dibiarin aja, biarlah itu adalah pelajaran yang berharga buat gue ke depan. 

Selepas flasback gue tambah bingung, kenapa yah di saat ada rasa sama seseorang pakai cara lama nggak efektif lagi. Biasanya nih misalnya gue suka seseorang, di hari pertama gue mencecar pertanyaan kepada diri gue sendiri di depan cermin, mengapa gue menyukai dia? Terus aja tuh sampai gue nggak bisa jawab.

Di hari kedua, gue mulai membayangkan yang sakit-sakit, bahwa dia udah ada yang punya. Bahwa dia pasti bakalan nolak, bahwa dia bakalan mengecewakan, dan lain-lain. Bukan gue pesimis yah, cara ini sengaja gue lakukan agar tidak berharap lebih. Jadi kalo suatu saat nanti dia ninggalin pas lagi sayang-sayangnya, mengecewakan, bermain dibelakang atau sejenis lainnya, gue bisa santai, kan dari awal gue sudah antisipasi. 

Di fase inilah gue biasanya galau, gue sad nggak menerima dia bakalan pergi. Gue biarin aja, justru semakin sad semakin gue senang, kenapa coba? Banyak lahir inspirasi-inspirasi buat nulis, mulai dari cerpen, puisi, quotes. Gue merasa produktif aja gitu, meskipun itu nggak berlangsung lama palingan di hari itu doang.

Di hari ketiga gue mulai bersikap dan bertindak. Mempertanyakan langkah apa yang harus gue lakukan. Biasanya gue bagi dua sih, pertama kalau jadi menjalin hubungan gue harus membuat program-program, apa saja yang akan gue lakukan dengannya dan ini wajib positif. Konyol emang kayak di organisasi aja dah wkwk. Kedua, kalo ditolak gue harus mencari aktifitas yang lain agar sibuk tanpa kepikiran si dia. 

Setelah semuanya beres dirancang, gue biarin dulu selama se-minggu memastikan dulu apakah gue menerima sikapnya dan apakah gue menyukainya karena tulus atau karena nafsu. Biasanya di fase ini setelah se-minggu atau sepuluh hari gue mulai ilfeel, ngerasa biasa aja gitu, sampai semuanya benar-benar damai. Tugas gue anggap selesai dengan tuntas. 

Kalau sekarang pas masuk di dunia ngampus nggak efektif banget. Gue sih menyikapi hal ini santai aja, justru bagus berarti ada perubahan. Kalau gue pakai cara lama terus tanpa berpikir berbeda dengan cara yang lain, pola pikir gue nggak bakalan berkembang.

Pada saat itulah ketika gue mengungkapkan perasaan kepadanya, itu adalah moment yang menurut gue sangat fantastis, perjalan pulang ngampus di mobil, rasanya gue ingin berteriak dengan sangat keras sekali, 'YESSS!! AKHIRNYA GUE BISA BERANI MENGUNGKAPKAN PERASAAN!!! GUE MERASA PUAS SEKALI!!' tapi nggak gue lakukan, nanti dikira sinting lagi. Iya aja kalau dianggap sinting, gimana kalo gue dikeluarin dari mobil angkutan umum, bahaya nggak bisa pulang dah.

Ada tiga hal yang gue dapatkan dari moment mengungkapkan perasaan:

 1. Jujur dengan apa yang dirasa

Ketika gue mengungkapkan perasaan kepadanya, gue mikir bahwa ini adalah awal untuk menjadi orang jujur terhadap hal apa pun. Karena menurut psikologi, jujur itu membuat kita akan menjadi tenang. Dan gue benar-benar merasa sangat tenang, puas banget dah sampai-sampai gue ingin berteriak sekencang-kencangnya atas keberhasilan ini, padahal sepele yah tapi khasiatnya begitu terasa. 

 2. High Value tidak menjamin diterima cewek

Banyak orang-orang yang bilang sama gue, bahwa gue itu mempunyai value di mata orang-orang maka pasti bakalan diterima sama cewek. Menyikapi hal itu gue nggak gampang percaya sebelum mengalaminya. Buat gue, ini adalah ekperiment yang lumayan menantang. Gue harus menelitinya. Pas gue coba ternyata nggak tepat, mungkin bagi orang lain tepat yah. Dua hari kemudian memang gue ditolak alasannya belum kepikiran ke sana, apakah gue kecewa? Nggak. Gue menghargai keputusannya apa pun itu.

"Jujur, gue kaget elo suka sama gue, kok bisa seseorang yang seperti elo menyukai gue." Ucapnya pada waktu itu. 

Mendengar hal itu gue juga sedikit kaget, emang gue setinggi itu kualitasnya? Nggak kok. Bukan hanya terkejut dia juga menganggap gue bohong, buset dah! Gue ngomong baik-baik sama dia kalo gue jujur, nggak bohong. Lagian ngapain gue bohong sih, kan dosa. Alhamdulillahnya dia percaya. 

Menurut gue, high value nggak menjamin bakalan diterima sama cewek, kecuali asuransi BPJS wkwk. 

 3. Berbicara sama orang yang kita suka belibet

Gue pas mengungkapkan perasaan sama dia, itu di luar ekspetasi banget. Malu bat dah, mau ngomong belibet, juga kaku. Apa yang sudah gue persiapkan semuanya sia-sia. Anjay, kalo gue ingat moment itu ingin ketawa ngakak, bisa-bisanya gue mati kutu. 

Meskipun gue nggak mendapatkan si dia, tapi tiga ekperiment gue berhasil. Pertama, jujur itu membuat tenang. Kedua, high value nggak menjamin diterima cewek. Ketiga, ngobrol sama seseorang yang kita suka atau sama-sama suka itu butuh keberanian tingkat tinggi, nggak se-mudah membalikkan telapak tangan. 

Sekarang, gue sedang fokus mengerjakan tulisan mengapa gue bisa menyukai si dia. Buat orang-orang mungkin buang-buang waktu yah, nggak berguna. Tapi buat gue ini tugas yang luar biasa, mengapa? Karena menantang sekali. Gue harus berani bertanggung jawab dengan apa yang pernah gue katakan kepadanya, bukan membiarkan saja sebab itu terkesan menyepelekan. 

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement