Hari Ke Lima Puluh Ngampus

Mata kuliah psikologi pendidikan
"Kenapa yah, gue perhatiin passion elo makin ke sini makin kayak anak Fisip dan Hukum?" Kata Sherlly kemarin, menilai penampilan gue.

"Owalah, iya tah? Soalnya yang lain juga bilang gitu Sher."

"Kelas elo pasti menyenangkan, orang-orangnya pada kritis. Buktinya pemikirannya melahirkan kayak elo. Dan mungkin ditambah si dia ada di Fisip membuat kerinduan-kerinduan yang elo rasakan ditumpahkan kepada belajar dan belajar. Sehingga terbentuklah seperti sekarang."

"Ngawur banget Co. Tapi emang kelas gue aktif, pada kritis nggak ada Dosen juga pada nanya membuat yang presentasi ketar-ketir."

"Ideal banget yah. Nanti gue pindahlah ke Pnf biar berada di lingkungan yang tepat. Semoga orang tua gue merestui."

"Cakep."

Passion Fisip dan Fakultas Hukum memang terkenal dengan hebatnya pemikiran, gagasannya terhadap isu-isu kebijakan pemerihan. Sedangkan di Fkip? Atau jurusan Pnf? Passion-nya sedang gue cari.

Hari ke lima puluh ngampus, mata kuliah pertama Filsafat dan teori pls dilaksanakan secara online. Gue kebagian presentasi, cuman makalah sama power point-nya belum jadi. Efek santai emang sih ini mah. 

Kelompok pertama membahas soal pendidikan keaksaraan, setelah selesai langsung dibahas oleh Dosen dengan panjang lebar selama setengah jam lebih, sampai gue ketiduran. Pas bangun-bangun gue disuruh langsung presentasi, gue ngakak baru bangun langsung presentasi, ngedadak, nggak ada persiapan sama sekali, santai dulu nggak sih. 

Kelompok gue membahas pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja. Gue babad tuh dua kalimat itu dengan panjang lebar, yang ada dipikiran gue aja lagian nggak ada Dosen, urusan yang lain dengerin atau nggak bodo amat dah. Yang penting gue punya kesempatan mengeluarkan gagasan-gagasan gue tanpa ada rasa takut, yeah hitung-hitung belajar ngomong aja.

Baru pindah ke slide ketiga, dan pembahasannya panjang lebar belum kelar teman-teman yang lain memaksa gue untuk mempercepat presentasi karena waktunya bentar lagi habis, dan kelompok selanjutnya mau presentasi. Padahal, kalau bisa minggu depan kenapa harus sekarang kan? Yeah, begitulah. 

Kelompok selanjutnya membahas soal pendidikan kesetaraan. Gue nggak dengerin karena mau langsung mandi, makan dan otw ke kampus. Sebenarnya mepet bat dah, pasti gue bakalan telat parah. 

"Gue bakalan telat nih, alpain aja yah." 

Itu isi pesan gue di grup. Karena setelah selesai mata kuiah akan langsung dilanjut ke mata kuliah kedua, Teori belajar dan pembelajaran. Biarlah alpa satu nggak ngaruh ke nilai, kan jatah alpa dari Dosen itu selama semester itu dikasih dua jatah, satu pun gue belum, berarti masih aman dong. 

"Kenapa elo mau di alpain sih?" Tanya yang lain di grup kepada gue.

"Ini bentuk tanggung jawab." Jawab gue dengan bangga. Tolol emang, dialpain malah bangga, bangga itu pas bisa membahagiakan orang tua co! Biarlah, bertanggung jawab itu kan harus biar terbiasa.

Pas masuk ke kelas, presentasi sedang dimulai. Nggak ada Dosen. Yang ada hanya bangku-bangku kampus haha. Sesi tanya jawab sudah kelar, tinggal ke kelompok selanjutnya. Gue nggak minat bertanya, malas aja gitu. Sesi tanya jawab di batas padahal kemarin-kemarin pas ada dosen semuanya dikasih ruang buat bertanya. Kalau sekarang? Entahlah. 

"Elo harus belajar menghargai waktu. Satu point aja elo ngomong itu menghabiskan berapa menit Co. Pembahasannya sih santai, enak didengar, cuman waktunya doang nih." Nasehat dari Yasya setelah mata kuliah kelar. Tentu gue ngakak dengarnya.

Iya juga yah kenapa setiap satu point pembahasan gue babad panjang lebar tuh? Tanda apakah ini? Entahlah. Ini tanda bahwa gue masih bodoh. Yeah gue harus banyak belajar lagi dan lagi.

Mata kuliah ketiga dilaksanakan secara offline. Psikologi sosial. Dosen telat datang, presentasi mandiri tetap dilaksanakan. Tapi sayang, mereka menolak adanya sesi tanya jawab, padahal apa salahnya sih diadakan, lagian kalau nggak bisa menjawab pertanyaan tinggal dilempar ke audiens. Selama presentasi gue diam, posisi gue yang tadi di depan pindah ke belakang, lalu tertidur. 

Tidur dulu nggak sih
"Setelah ini kita foto bareng yah." Kata Dosen yang membuat teman-teman kelas riuh. 

"Yah, bapak." Keluhnya karena ini tanda bahwa Dosen benaran bakal nggak ngajar lagi di semester dua. 

Kemarin-kemarin memang Dosen sudah berpesan, bahwa dirinya kemungkinan di semester dua  tidak bakalan mengajar lagi, entah pindah ke jurusan yang lain atau naik jabatan lagi. Entahlah.

Kepergiannya memang terasa menyedihkan, bagaimana tidak dosen muda yang selalu membuat suasana hidup sebentar lagi akan tiada, digantikan oleh orang baru yang kita belum tahu, apakah akan lebih menyenangkan atau tidak? Entahlah. Meskipun Dosen pergi, semoga anak-anak kelas bisa beradaptasi dengan hal itu agar ke depannya bila ditinggalkan oleh seseorang tida kaget lagi.

Foto bareng dosen yang isunya mau keluar
Gue nggak langsung pulang ke rumah karena malam ini akan ada kumpulan angakatan 2022 dengan angkatan 2023, membahas musyawarah besar himpunan jurusan. Yeah, begitulah. Diperjalan pulang gue dapat inspirasi buat menulis apa yang sedang gue rasakan, ya menulislah gue. 

Kita kadang terlalu dini menyimpulkan bahwa orang yang baru hadir di hidup kita tempat pulang, seolah-olah sudah merasa berkuasa mengatur hidup yang fana ini. Padahal jauh dari sebelum-sebelumnya, Tuhan sudah mempersiapkan untuk tempat kita pulang, menentramkan hati dan pikiran yang kalut digeprek kerasnya hidup.

Perjalan pulang malam. Bukan hanya memberi inspirasi-inspirasi, melainkan juga menentramkan kerinduan-kerinduan yang semakin membara ini.

Serang, 07 - 12 - 2023

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement