Hari Ke Empat Puluh Sembilan Ngampus

Kelompok benua Afrika
Menjadilah! Produktif meskipun dalam posisi ngedadak. Karena bila kita membiasakan hal itu, menjalani kehidupan ke depan akan mudah.
Kata Dosen dengan santainya. 

Pikiran gue traveling mengingat kejadian pas berangkat mau ke kampus, tiba-tiba teman mata kuliah yang sekelompok sama gue bilang, nanti pas penyampaian pro - kontra presentasi gue yang ngomong soalnya dia nggak bisa, posisinya sedang menjadi moderator. 

Di mobil angkutan umum, dengan ramainya orang-orang dan ngedadak pula gue dilema antara spek up atah diam. Malu co! Tapi gue sikapi dengan santai aja dah.

Mata kuliah pertama, agama. Atas permintaan Dosennya mata kuliah agama untuk minggu ini dilaksanakan dua hari biar yang presentasi cepat kelar. Gue sih it's okay aja. Pas sesi - tanya jawab ada teman gue yang bertanya perihal pandangan islam terhadapa politik, kurang lebih seperti itu dah. Karena kali ini membahas kosmologi politik.

Tanpa berpikir panjang, gue speak up di dalam mobil angkutan itu, bodo amat. Cuman memang volume bicara gue tensinya direndahin. Buat gue kejadian itu tuh lumayan bermakna, pertama gue dipaksa untuk bisa ngomong materi meskipun ngedadak nggak ada persiapan. Kedua, tantangan banget ngomong sendiri di mobil angkutan umum, pengalaman yang menarik! Entah mungkin karena gue bersikap bodo amat atau mentalnya terbiasa aja meskipun jiwa terbantai, semua itu berjalan ngalir aja gitu. 

Gue pindah mobil angkutan umum yang tadinya mobil Bis mini, pindah ke Angkot. Kebetulan di Angkot itu penumpangnya hanya gue doang, leluasa dong gue ngomong panjang lebar pas penyampaian pro - kontra. Sebelum speak up, gue telusuri dulu apa itu artinya kosmologi politik.

Sepanjang perjalanan dari Palima ke Kampus gue ngomong terus. Sampai-sampai supir Angkot dan temannya ketika gue menyerahkan ongkos, sikap mereka tuh entah ngeledek atau kayak takjub gitu, bingung gue dah. Sambil jalan dari lampu merah sampai ke kampus, gue nggak berhenti-berhentinya ngomong, gue perhatiin ada yang memamndang gue aneh, biasa, ngeledek, konyol, dan lain sebagainya. Gue sih enjoy aja, justru dalam hati ngakak betapa serunya! Berada di moment ini.

Mata kuliah kedua, pendidikan sepanjang hayat dilaksanakan secara offline. Pembahasannya yaitu presentasi setiap kelompok dari berbagai benua. Dengar-dengar sih katanya yang bagus penyampaian materinya akan dipilih mewakili kelas, karena minggu depan tiga kelas akan digabung menyaksikan perwakilan kelas presentasi.

Gue nggak berharap lebih mewakili kelas, jadi nggak berambisi amat gitu. Karena ada beberapa hal yang harus gue fokusin diantaranya target.

"Gue percaya elo bakalan yang terpilih." Kata Simon dengan yakin. Gue nggak sengaja ketemu dia dkk pas mau shalat Ashar.

"Nggaklah, yang lain juga pada bagus, Mon." 

"Jangan merendah, nanti kita lihat aja." Lalu pergi meninggalkan. 

Pas presentasi di mulai, gue bersikap calm. Teman-teman gue yang lain pada bagus banget dah presentasi. Sedangkan gue nanti? Entahlah. 

"Ada dua orang yang dapat nilai tinggi yaitu, Donal dan si Co." Kata Dosen.

"Wuihh!" Jawab yang lain serempak.

"Dua-duanya bagus. Tapi Bapak akan pilih salah satu yang terbaik untuk diadu dengan anak kelas yang lain. Bapak pilih si Co." 

Gue diam ketika nama gue terpilih, bukan nggak senang atau kaget. Gue lagi mengendalikan diri agar tidak tinggi hati. Minggu nanti gue bakalan presentasi, itu keputusan yang mutlak. Gue sih santai aja ngapain takut sih, toh semuanya juga akan berlalu. Tapi gue harus mencari 300 referensi dari berbagai sumber terkait pendidikan sepanjang hayat di negara yang akan gue presentasikan. 

Laahaula wala quwwata illabillahill aliyyil adzim. Hanya itu yang dapat gue ucapkan, karena tanpa bantuannya gue nggak bakalan bisa bersikap sesantai ini. 

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement