Hari Ke Empat Puluh Delapan Ngampus

Kegiatan mentoring Lsp
"Co, tolong yah nanti pas penyampaian pro-kontra elo jawab yang panjang lebar yah, biar kelompok gue nggak presentasi. Karena gue lagi nggak bisa nih." Isi chat dari Andini pagi-pagi. Gue mencermati permintaan itu sambil mikiŕ, bantu jangan yah.

"Co, please dah. Bantuin gue." Buset! Diam spam. 

"Insya Allah yah." Jawab gue singkat karena pada saat itu posisi gue baru bangun tidur. Jadi mau mandi dulu nggak sih.

Di kamar mandi gue malah kepikiran permintaan itu, antara menerima dengan ngakak atau menerima dengan paksaan. Gue ngakaknya sih bisa-bisanya diandalin, kan bukan sendal haha (apaan sih nggak jelas) dan gue menerima dengan paksaannya karena berada di posisi sekarang membuat bingung, mau ngomong apa sedangkan gue pastinya mandi dulu. Lah, bodo amat gas aja, yang penting gue bantu teman lagian nggak ada ruginya. 

Mata kuliah agama kali ini presentasi membahas bahayanya LGBT bagi para remaja sekarang. Gue salut sama Donal, buat makalah sendiri, presentasi sendiri bahkan panjang lebar dan berbobot banget dah, cool banget. Tidak setiap orang bisa enjoy berada di posisi itu. 

Gue bingung mau ngomong apa, sedangkan waktu habis mata kuliah masih panjang. Andini sudah bergantung sama gue buat amanin waktu. Di situ gue sempat mikir, lah kenapa gue yang amanin waktu yah, kan gue bukan moderator? Entahlah. 

Sebenarnya gue lagi malas ngomong, karena gue merasa semakin banyak ngomong pasti akan terselip bohong, dan itu nambah dosa lagi dah. Itu alamiah gitu. Kalau dalam kecamata Sigmund Freud mah antara Id, Ego dan Superego bertarung mana yang akan diutamakan, dan pemenang itulah akan masuk ke alam bawah sadar sehingga lahirlah tindakan. Ada beberapa hal yang membuat gue malas ngomong diantaranya:

 1. Banyak omong kosong

Setelah selesai bicara gue mikir apakah apa yang gue ucapkan banyak omong kosongnya atau tidak? Bila gue merasa banyak omong kosong, gue bakalan banyak-banyak belajar lagi tanpa menuntut kesempurnaan. Nggak ada dalam kamus gue ketika berproses harus sempurna, itu tidak baik buat perkembangan. Karena yang sempurna itu hanya senyum si dia wkwk.

Sebaliknya, kalau gue merasa nggak ada omong kosongnya bakalan belajar lagi. Biar nambah mahir lagi, karena berpuas diri di usia dini itu tindakan yang merugikan. 

 2. Fokus mengisi otak

Gue ingin kembali fokus mengisi  otak yang butuh banyak kaya akan wawasan, karena modal nekad aja percuma tanpa dibarengi dengan wawasan. Memang, kita tidak perlu menuntut diri berlebihan untuk diam aja, adakalanya harus bicara, mendengar, menulis dan lain sebaginya. Seimbang aja gitu. 

Mungkin itulah yang terjadi di hari ke empat puluh delapan inj, ada banyak. Cuman gue spill beberapa aja biar cepat kelar. Karena gue merasa bentar lagi akan tumbang, dan bermimpi si dia haha, anjay juga.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement