Makna Dibalik Kata Paud

Presentasi MK Filsafat dan Teori Pls
"Apa itu sekolah Paud? Dan mengapa pemerintah mengharuskan Sekolah Paud? Dan juga kenapa namanya harus Paud?" Tanya gue kepada yang presentasi.

Azka dan Yasya dari depan memberi reaksi 'Yah, tinggi banget pertanyaannya' dalam hati gue ketawa, bisa-bisanya mereka menganggap pertanyaan dasar itu tensinya tinggi. Tapi di sisi lain gue mikir ini proyek baru lagi nih yang kemarin-kemarin juga belum beres. Yeah, asyik juga.

Sekolah Paud kepanjangan dari pendidikan anak usia dini yang masih berusia 4 sampai 6 tahun. Kalau buat yang usia 40 tahun ke atas bukan Paud namanya tapi Pul (Pendidikan usia lanjut) wkwk.

"Kenapa harus ada Paud dengan tempat pendidikan anak? Kan kedua-duanya masih sama, kenapa nggak dibedain aja?" Tanya gue lagi yang membuat mereka makin greget. Tanpa mereka sadari gue juga greget sih, belum dapat jawaban yang tepat.

"Kalau Paud itu untuk usia dini, nah kalau tempat penitipan anak itu diatas Paud, berjenjang aja gitu." Jawab Yasya dengan sebal, di pinggirnya Azka ikutan geleng-geleng kepala. 

"Taman penitipan anak kan di singkat TPA, bukankah itu kuburan?" Tanya gue asal entah ke siapa.

"Itu TPU Co." Jawab Sri Devi cepat, gue kira nggak ada yang dengar.

Mengapa namanya harus Paud? Kenapa nggak Pagar atau Pohon sekalian, kan bisa. Pikiran gue langsung traveling mencari jawaban bahkan sampai mata kuliah selesai pikiran gue belum usai, karena gimana mau usai kalau muka dia masih terbayang-bayang dipikiran wkwk.

Paud dalam kecamata kita semua pastinya pendidikan anak usia dini, dalam kecamata gue nggak, ada makna dibalik kata itu yang begitu spesial yaitu:

 1. Persepektif

Sederhananya adalah pandangan terhadap sesuatu. Di saat kecil kita secara tidak sadar melihat berbagai perbedaan itu suatu hal yang aneh, semuanya harus sama. Setelah tumbuh dewasa kita mulai mencari tahu perbedaan itu lewat beberapa media internet, wawancara, atau membaca buku terhadap persoalan itu. Mulailah kita membuka diri terhadap perbedaan itu, bahwa tidak setiap orang pandangannya sama, pasti beda. 

Metode pembelajaran Paud salah satunya adalah ini mengajarkan pandangan yang positif. Melihat perbedaan itu baik, egois itu nggak baik, gotong royong itu bagus, akhirnya pandangan mereka terhadap dunia ini positif. Dan kalau pun negatif, itu perlu diarahkan dan dibimbing oleh gurunya. Tidak bisa secara mandiri.

 2. Afektif

Pembelajaran yang berkaitan dengan sikap dan tingkah laku itu pengertian dari afektif. Pada usia dini, kita diajarkan untuk bertutur kata yang baik, berprilaku yang baik, santun dan lain sebagainnya. Mengapa harus seperti itu? Agar terciptanya lingkungan yang sehat. Saling peduli satu sama lain, saling menghargai, saling menghormati dan masih banyak lagi. Pembelajaran yang seperti inilah utama di lingkungan keluarga sebelum kita ke lingkungan sekolah dan masyarakat.

 3. Ukir

Mengukir diri itu penting, karena apa yang sudah kita lewati kemarin adalah kenangan yang berharga untuk menyongsong masa depan. Mengukir diri di sini multi tafsir bisa dengan menulis, membaca, melukis, mengobrol dan masih banyak lagi. Pada usia dini ini adalah point penting agar kita bisa mengukir mimpi, cita-cita, sejarah, dan kualitas diri. Bayangkan kalau dulu para pahlawan tidak mau mengukir diri, mungkin kita tidak akan merdeka. 

Bayangkan kalau tukang Angkot, Bis, Satpol PP, Tukang ojeg dan semua profesi lainnya tidak mau mengukir diri, mungkin kehidupan ini akan sunyi seperti halnya rasa ini haha.

 4. Disiplin

Dari ketiga hal di atas kalau yang ke empat ini tidak dipraktekkan akan sia-sia. Karena disiplin itu sederhananya melakukan hal tersebut terus menerus meskipun kita tidak suka, menyakitkan, dan membosankan. Bila kita sering melakukan maka akan terbiasa, bukankah kata orang bisa itu karena terbiasa dan terbiasa itu dipaksa, iyah, dipaksa untuk melepasmu pergi contohnya wkwk.

Secara tidak sadar, kita ini ber-Paud. Gue ngobrol sama dia, itu Paud. Gue pulang ke Pandeglang itu Paud. Kita belajar di kampus dengan Dosen, itu Paud. Anak-anak ikut Paud, orang dewasa bahkan yang tua sekalipun setiap hari ber-Paud. Kalau, kita membawanya dalam konteks universal. Landasannya apa? Belajar sepanjang hayat. Cuman kita tidak menyadari itu atau mungkin tidak tahu. Waallahu'alam[]

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement