Hari Kedua Ngampus

Foto bareng Dosen Pak Dadan
Mata kuliah hari rabu di kelas gue hanya satu, dan itu di mulai jam setengah lima sampai maghrib. ouh begini yah rasanya kuliah.

Gue berangkat Pukul dua siang, karena mempunyai target mau review buku novel yang baru beres dibaca. setelah datang ke kampus, boro-boro gue garap tuh review, elo tahu kenapa? karena diajak ngobrol sama kating, panjang lebar banget deh membahas seluk beluk kampus. 

Ada penyesalan yang mendalam dirasakan oleh kating belajar di kampus, mulai dari jurusan dan kebijakan-kebijakan yang tak masuk akal dilakukan oleh para rektorat, dosen, dan jajarannya. kebetulan saat itu gue lagi mempunyai rencana buat menyelesaikan isu pungli yang seharusnya tidak ada.

Jadi ceritanya begini, salah satu mata kuliah ada yang mewajibkan mahasiswanya/i membeli buku, kalau tidak membeli ada ancamannya. salah satunya sih, kagak boleh ikut UAS. wih parah dong.

melihat hal itu jiwa gue nggak tenang dong, meskipun memang belinya perkelompok. Tapi kan itu terasa memberatkan buat anak kost, belum lagi mereka juga sedang mempersipkan uang buat acara latihan kepemimpinan  yeah dan lain sebagainya.

Gue mikirkan harus menyelesaikan masalah ini, yeah minimal ada perlawanan urusan hasil belakangan. karena menurut rektor pas acara PPKMB Universitas memastikan tidak akan ada pungli membeli buku dari dosen, kalo ada laporkan. sebab, uang ukt sudah melingkupi semuanya.

Pada kenyataannya kan tetap ada. Masa gue diam aja. Setelah mikir-mikir gue punya dua opsi. Pertama minta arahan ke dosen pembimbing masing-masing terkait hal ini, kedua angkat ke media. Gue gembor-gembor tuh grup angkatan biar berani mengumukakan pendapatnya antara setuju atau tidak dengan pungli ini. seperti ini.

Kita sering berjanji mahasiswa yang di mana esensi di dalamnya adalah untuk berani melawan ketidakadilan, dan selalu gandrung akan kebenaran. Sekarang sedang beredar kasus untuk membeli buku, ini termasuk pungli teman-teman. Karena kita sudah membayar ukt. Masa kita mau diam aja menanggapi persoalan ini, apalah artinya kita berjanji mahasiswa kalo itu hanya seremonial doang. 

Note : Kita katanya keluarga, dan mungkin sebagian kita ada yang mampu membeli, tapi jangan lupa teman-teman keluarga kita mungkin ada yang keberatan akan hal ini cuman tidak berani mengungkapkan.

Yeah kurang lebih seperti itu. terakhir gue kasih polling kan, dan banyak yang  nggak setuju. Dalam hati gue bersyukur, semuanya berjalan sesuai rencana. Langkah gue selanjutnya minta arahan ke Dosen pembimbing  biar nggak terkesan polos amat gitu. Elo bayangin men kalo gue melaporkan kasus ini langsung ke Universitas tanpa melalui tahap eselon bawah, pndangan mereka kepada gue mungkin polos banget yah.
Cowok kelas B pnf 2023
Pada sore harinya gue memantapkan data-data terkait kasus ini biar bisa diakalin gimana, dan pada akhirnya setelah dikupas tuntas oleh kating, semangat gue menurun. Elo bayangin, mahasiswa melawan para dosen yang menang mana sih? memang tidak menutup kemungkinan menang, tapi realistis boleh dong.

Jam setengah lima kami masuk kelas. Dan ada satu hal yang membuat hati gue mengganjal. Yaitu wajib bawa leptop, entah itu pinjam, nyewa, atau syukur-syukur punya pribadi.

Di situ jiwa gue terdiam dibawa pikiran ke masa lalu. Bukankah target gue gapyear dengan target punya motor dan leptop? Lantas kenapa itu nggak ada? Astagfirullah... tidak seharusnya gue mempersoalkan.

"Elo ada leptopnya?" tanya Mirza ke gue

"Nggak punya co, calm aja gimana Allah aja." Jawab gue santai, padahal hatinya sedang merasakan duka yang dalam.

"Wih, panutan banget loh. Benar sih kata elo kita harus santai." Pujinya dengan serius.

Gue narik nafas dalam-dalam, dan mencoba untuk tersenyum. Bodo amatlah nanti juga ada karena yeah realitanya kita benar nggak punya, santai dulu nggak sih. 

Jiwa boleh terbantai, tapi menjalani kehidupan tetap harus utamaakan santai.

Mata kuliah selesai Maghrib, kami ke luar dengan antusias. Gue nggak langsung pulang, yeah shalat dulu nggak sih.

"Elo gimana leptot ada nggak?" tanya teman gue di perjalanan menuju Masjid.

"Nggak ada Co, elo ada?"

"Ada dong, terus elo gimana?"

"Calm aja nanti juga ada jalannya. Gue ingin fokus ke hari ini dulu tanpa memikirkan masa depan. Gimana Allah juga."

"Hahaha, benar Co. Nggak salah emang motto hidup elo gimana Allah bae dan fokus dulu ke masa sekarang."

"Yeah."

Kenapa gue sok bijak gini yah? kata gue dalam hati, padahal jiwa gue sedang terbantai. Karena masalanya gini bro, kalo gue nggak bawa leptop ya alfa karena dilarang ikut pembelajaran.

Setelah Shalat Mahgrib gue ngobrol sampai Isya, ya pulang nggak jadi. Akhirnya shalat Isya dulu. Sebelum berangkat pulang, di parkiran kami juga kembali ngobrol panjang banget dah, sampai jam sembilan lewat, nggak kerasa emang waktu begitu cepat saat ngobrol topik yang menarik.

Di perjalananan pulang, langit begitu menyejukkan, angin sepoi-sepoi menyibak jiwa gue yang sedang berduka ini. La haula wala kuwwata illa billah. Gue nggak bisa apa-apa tanpa bantuan-Nya. 

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement