"Di usia ibu yang sudah senja ini idealnya hanya duduk di rumah, menunggu belas kasih anak sambil mendoakannya. Tapi beginilah hidup, Nak." Kata Sang Ibu berkeluh kesah
"Iya Bu, terus ketiga anak Ibu ke mana?"
"Mereka sibuk dengan dirinya sendiri. Si bungsu yang ibu harapkan tergoda dengan wanita, dia memilih menikah muda, kebanding membahagiakan membahagiakan orang tua."
Kemudian si Ibu memperhatikan gue dengan senyuman yang tulus.
"Kamu masih muda, lanjutkan kuliah. Utamakanlah orang tua kesampingan ego, dengarkan nasihatnya. Tuhan akan memberikan segala kemudahan di setiap langkah kita bila selalu mengutamakannya, selagi itu baik."
"Siaap Bu." Hanya itu yang dapat gue ucapkan.
Di malam Senin yang dingin, dipenuhi oleh beberapa ingin gue terasa tertampar mendengar keluh-kesah si Ibu. Betapa tega anak-anaknya membiarkan Ibunya berjualan dari Sore sampai dini hari hanya untuk mendapatkan sesuap nasi. Padahal ketiga anaknya sudah sukses, lantas mengapa tidak bisa memberikan hidup layak tanpa lelahnya bekerja? Entahlah.
Apakah mereka belum terbersit dalam pikirannya bahwa tidak akan ada dia sampai sekarang, tanpa pengorbanan dan kasih sayang orang tua? Atau mungkin ada beberapa hal yang membuat mereka terbentuk seperti itu, wallahu'alam.
Memandang hal tersebut gue prihatin dan bersyukur bahwa ke depan nanti gue jangan melakukannya, karena bisa jadi kan gue seperti itu. Prihatinnya adalah di usia yang sudah senja si Ibu tidak berbalas cintanya dengan anak. Padahal dari kecil sampai sekarang pun dia bekerja bukan untuk kesejahteraan dirinya doang tapi juga demi kehidupan anak-anaknya. Lantas setelah anaknya dewasa si Ibu ditinggal begitu saja. Alih-alih berhenti kerja dia terus saja stak di situ tanpa tahu kapan berakhir.
Gue mikir, apa yang sudah gue persiapkan untuk nanti bila sudah berumah tangga? Apakah gue bakalan bisa me-manage-nya atau seperti anak si Ibu tadi mengabaikannya. Wallahu'alam. Terlalu jauh memang bila berpikiran ke sana karena masa depan itu misteri, but anyway perlu di persiapkan dari sekarang. Urusan sesuai dengan rencana atau tidaknya biarkan.
Dan perihal nasehat si Ibu, gue membenarkan. Bahwa kita harus mengutamakan orang tua selagi itu baik dan logis. Mengesampingkan ego memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, tapi bila kita terus melakukan akan menjadi terbiasa.
0 Komentar