Salah Siapa?

Sesi tanya jawab saat ospek jurusan 2023
Ketika gue selesai wudhu untuk melaksanakan shalat Ashar di Mushola Kampus, ada selebaran jatuh. Tidak ada yang memungutnya, ya, gue ambil dong buat di simpen di rak lagi. Iseng-iseng gue baca, yang ternyata isinya daftar lowongan kerja semua. 

"Za, loker nih lumayan sampingan," kata gue ke Mirza sambil memberikan selebaran.

"Banyak banget nih, elo mau daftar?" 

"Insya Allah gue mikir-mikir dulu Za."

"Oke gue ngikut."

Besoknya gue foto selebaran itu, siapa tahu ada yang cari loker buat sampingan. Lagi pula waktunya fleksibel dengan kuliahan.

Dengan santainya gue kasih tuh loker ke teman gue cewek, namanya rahasia, nama lengkapnya rahasia ilahi haha.

Awal-awal dia ragu, gue rayu-rayu biar dia mau, tujuan gue pendek banget saat itu, lumayan sampingan hitung-hitung meringankan beban orang tua.

Dua hari kemudian, jam sebelas malam dia chat gue. Saat itu posisi gue baru pulang kerja, biasa lembur dulu.

"Weh, itu loker benar nggak?" Isi pesan darinya.

"Ya bener fa, kalo ada apa-apa hubungi gue," jawab gue santai.

"Bohong aja lo,"

Sontak! Dia bilang gitu gue mikir yang aneh-aneh. Apa jangan-jangan dia kena? (Bermacem-macem).

"Bohong gimana maksudnya?" Tanya gue santai.

"Awas aja kalo ada apa-apa, gue hubungi elo." Ancamnya. 

Gue sih diancam kayak gituan nggak masalah. Karena itu memang tanggung jawab yang harus gue terima. So, calm aja.

"Siap, hubungi gue aja kalo elo mau interview biar bareng ke sananya."

"Gue besok interview nya jam 10 pagi."

Saat mendengar dia besok akan interview gue kaget, bukan lebay yeah terserah kalianlah menilainya gimana. Gue cuman khawatir aja dengan keselamatannya takut terjadi apa-apa. 

Gimana ini? Tanya gue dalam hati masa gue nggak ikut membersamai. Awas dia kenapa-napa elo kena imbas. Hm... calm aja lah wong dia dah dewasa.

"Wih, besok gue kerja lagi. Temen-temen gue juga udah pulang kampung. Sama siapa elo interview nya?" Tanya gue memastikan.

"Santai aja gue naik maxim nanti."

"Nggak bawa temen, elo takut kenapa-napa?"

"Calm aja, doain gue semoga ke terima."

"Oke deh, hati-hati aja. Jangan lupa jaga diri, gue percaya elo bisa."

"Siap." Jawabnya singkat.

Besoknya jam 10 gue pantengin wa, sengaja on nunggu kabar dari dia. Aneh emang, pacar bukan tapi bisa sedekat ini. Di luar dari pacar atau bukannya, satu hal yang paling gue utamakan, yaitu keselamatannya. Jangankan dia yang cewek, yang cowok sekali pun pasti gue perhatiin. Bukan apa-apa, ini soal tanggung jawab bro.

"Weh, masa gue tadi nyari kantornya buat interview nggak ada."

"Yang bener fa, coba kirim no adminnya biar gue telpon." Kata gue mulai khawatir.

"Biarinlah gue sudah pulang nih."

"Lah, elo mah gimana sih bukannya hubungi gue dulu. Dari tadi gue sengaja pantengin wa takut elo manggil gue off."

"Itu gue tadi hubungi elo." Katanya tak mau kalah.

Drama. Yeah kalo gue lanjutin ini bakalan drama, buang-buang waktu tahu.

"Ouh yah, maafin atas kesalahan gue yah. Harusnya dari awal gue pastiin dulu tempatnya di mana, biar nggak kayak begini karena kalau ada apa-apa gue yang tanggung jawab kan." Ucap gue mulai merendah.

"Iya bener kan kalo udah kayak gini capek. Cariin gue kerja lagi?"

"Insya Allah, tapi ingat gue nggak janji ya, kalo ada loker baru gue kasih tahu."

"Siap."

Dari peristiwa ini jiwa gue benar-benar digeprek banget sama kehidupan. Betapa cerobohnya gue menyebarkan selebaran, yang hampir aja membuat orang lain celaka. Apalagi yang celakanya adalah si dia yang membuat hari-hari gue kayak spesial wk.

Yang gue dapat dari peristiwa ini ada dua hal. Pertama memastikan keamanan dan kenyamanan jika mengajak orang lain. Harusnya gue survei dulu  biar jelas nggak asal cas-cos aja. 

Kedua, tanggung jawab. Mungkin gue terlalu mengesampingkan tanggung jawab akhir-akhir ini, alih-alih gue mikir bagaimana caranya biar bisa bertanggung jawab ini malah sebaliknya menambah dan menambah, lalu secara tidak gue sadari tanggung jawab itu menghancurkan diri gue.

Inilah pentingnya mencari ilmu biar kita nggak gagal membaca pesan kasih sayang dari Tuhan. Kalo kita gagal, pasti menganggap pesan-pesan dari Tuhan itu ancaman, ajab, ketidakadilan dan lain sebagainya.

Yeah, gue harus terus banyak-banyak belajar dan belajar, biar tidak berlayar di satu jalan doang. Karena Tuhan itu adil, cuman kita kurang dalil atau malas berpikir.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement