Hari Pertama Ospek Universitas

Foto bareng kating PNF saat ospek pertama  Universitas 
"Elo kebagian luring apa daring?" Isi chat dari temen gue.

"Gue luring bro. Elo?"

"Gue daring. Ganti aja bro daring bisa kok diakalin."

"Nggaklah, gue luring aja."

"Capek njir. Belum lagi nanti kayaknya bakalan dijemur."

"Bodo amat."

Padahal aslinya gue nervous dengan segala hal yang akan terjadi nanti. Tapi yeah, gue mau bersikap biasa aja, toh nggak setiap hari juga dihukum. 

Alhamdulillahnya gue dapat kabar dari mentor universitas, ternyata ospek hanya dua hari doang, bukan tiga hari. Yes! Gue senang dong. 

Ospek itu mulainya jam 8 pagi, mulainya jam segitu bukan berarti kita datang pas waktu jam 8, melainkan harus satu jam sebelum di mulai. So, jam 7 kurang gue harus stay di kampus bagaimana pun caranya.

Gue berangkat jam 6 pagi, diantar oleh kakak gue, karena kalo gue naik angkot suka datangnya telat. Elo tahu sendiri jalannya kayak semut njir, lambat banget. Tapi soal nyelip sih menurut gue melebihi ambulance wk.

Pas gue mau gabung dengan kelompok fakultas udah rame banget, dan panitia diam aja nggak ngarahin kita-kita yang baru datang buat duduk paling pojok. Ya, akhirnya gue ikut gabung sama yang lagi jalan ke auditorium. Gue sempet mikir, kok gue bisa-bisanya yah, baru dateng langsung   gabung ke auditorium barisan pertama, harusnya barisan terakhir. Gue hanya bisa ketawa sambil bersyukur dalam hati nggak kesiangan.

Acara dibuka dengan sidang senat lalu dilanjut sambutan dari Pak Rektor yang lamanya minta ampun. Gue kira hanya sambutan, ternyata sambil ngasih materi. Gue nggak nulis apa yang dipaparkan oleh Pak Rektor, bawaannya tuh lazy banget.

Setelah Pak Rektor selesai, senat pun keluar. Dan dilanjut sambutan dari PJ Gubernur yang ternyata diwakili oleh wakilnya sendiri. Ini juga nambah lama, sekitar setengah jam lebih. Gue tidur nih yah, pas bangun masih dia yang sambutan. Anjir kata gue lama amat, ini sambutan apa cari pembelaan, karena esensi-esensinya itu laporan-laporan semua. Padahal yang dibutuhkan masyarakat itu adalah kepastian-kepastian, bukan laporan-laporan yang kebenarannya masih tanda tanya besar.

Lazy nggak sih elo disuruh duduk sama orang yang udah kita bayar, alih-alih mengerjakannya dengan benar, ini malah adu nasib. Kalau nggak kuat menahan beban, ya mundur jabatan, gitu aja kok repot. Elo yang mau menjabat, kenapa rakyat yang kena sabet njir. 

Itu keresahan gue yang pertama wkwk.

Materi pertama (gue lagi tidur wk)
Keresahan gue yang kedua adalah, soal moderator yang tidak memonitor dengan semestinya. Sebelumnya gue aneh, kenapa yah yang menjadi moderator itu bukan mahasiswa melainkan Dosen. Ada apa ini? Mereka kan sudah kayak pengalaman bro.

Berilah ruang buat para mahasiswa menjadi moderator biar punya pengalaman, bukan malah jadi pembantu doang. Iya aja kalo moderatornya asyik! Ini nggak men. Monoton dan nggak humble. Ada sih humble tapi seremonial doang. Gimana kita mau nangkep materi kalau hubungan emosional aja masih miskom, nggak bakal nyambung. Ada pun nyambung, pulang-pulang elo bakal lupa. Ya gimana nggak lupa, kalo pikiran elo aja masih dipenuhi tentangnya wkwk.

Bukan hanya nggak humble aja tapi juga kesimpulannya nggak dipaparkan. Elo pada tahu kan tugas moderator adalah memonitori suatu pembahasan dari awal sampai akhir, bukan duduk sambil pegang hp dan tidak menyimpulkan pembahasan. Apaan ini? Sampaaah. Dan yang membuat gue kesel, pas fase kesimpulan alasannya waktunya sudah habis. Yaelah, biarkan waktu habis yang terpenting pembahasan clear. Kan gitu. Bukan sebaliknya waktu habis pembahasan hancur dan mengantung. Apaan sih ini? Sampah!

Yeah, mungkin itulah keresahan gue hanya ada dua doang, aslinya sih banyak. Lazy aja memperpanjangnya. 

Ada satu hal yang membuat gue aneh pada acara tersebut, dan tanda tanya besar juga sih. Yaitu, gue nggak ambisius kayak biasanya. Ambisi doang sih. Beda kan yah antara abisius dan ambisi. 

Biasanya kalo di acara-acara kayak gitu gue sering maju ke depan, yeah lebih tepatnya caper. Biar dikenal dan dianggap hebat. Tapi pada hari ini gue apatis. Biasa aja gitu nggak ada niatan buat angkat tangan pas MC atau Moderator mempersilahkan untuk maju. 

Pas acara sampai pulang juga gue masih kepikiran kenapa yah? Gue belum dapat jawaban juga. Yang gue rasakan hanyalah perubahan, yang biasanya gue merasa menyesal bila tidak dikenal hebat, sekarang bodo amat. Sampai gue nanya ke kakak gue.

Gue : Kenapa yah nggak ambisius banget pas acara, biasanya paling depan.

Dia : Mungkin elo udah kenyang akan hal itu.

Gue : Maksudnya?

Dia : Tujuan elo maju apa sih? Pasti ingin dikenal hebat dan beda dari yang lain. Aslinya hanya seremonial. Biasa aja tuh. Selama di organisasi kan elo udah berada di posisi itu, so hebat, so pinter, dan so paling depan. Isi kepalanya mah kosong. 

Gue : Iya juga yah Ngab.

Dia : yeah, begitulah.

Gue pikir-pikir benar juga sih, mungkin gue udah kenyang akan hal itu. Ngapain merasa so hebat di tempat ramai kalo pas sendiri jauh dari kata hebat yang diutarakan. Seremonial doang njir. 

Ospek beres jam lima sore, gue pulang bareng temen gue sampai Palima dilanjut naik Bis mini. Kenapa nggak angkot? Jalannya pasti nggak sat-set.

Di dalam Bis gue kenalan dengan anak UIN Banten yang ternyata masih maba juga dan baru pulang. Gue ngobrol seputar cita-cita dia dan rancangan rumah tangga kita ke depan konsepnya gimana, hahaha nggaklah itu canda.

Rangkaian ospek Untirta dengan UIN itu simpelan UIN. Di mulai dari ospek jurusan - ospek fakultas - ospek universitas. Cepat beres bro. Sedangkan di Untirta, Technical Meeting (TM) Jurusan, Fakultas, baru Universitas. Setelah itu baru mulai ospek yang sebenarnya, di mulai dari Universtas, Fakultas dan Kejurusan.

Dan dia hanya jawab, "ouhhh" gitu doang bro. Kenapa demikian, karena kami sambung ke topik yang lain. 

Yeah, barangkali itulah hari pertama ospek Univ yang gue rasakan. Memang banyak yang menyenangkan plus membosankan, tapi yeah, bukankah itu sebuah pengalaman yang harus didapatkan.








Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement