Kesan Gue Ketika Menjadi Ketos

                                 Sumber ilustrasi  facebook.com

Pemimpin adalah seorang pemandu yang memimpin bawahannya ke jalan yang telah direncanakan. Baik buruknya kepemimpinan itu dilihat dari Pemimpinnya. Jika dia serius memandu bawahannya, maka bukan tidak mungkin kepemimpinannya akan maju. Sebaliknya, jika tidak serius, ya, biasa aja gitu. 

Ngomong-ngomong soal organisasi, di sekolah ada namanya satu organisasi yang tidak asing kita dengar. Apa itu? Yaitu OSIS. 

Dan untuk menjadi ketua OSIS itu tidak mudah banget bro. Harus ada jalan panjang yang harus kita lewati dulu. Berupa debat, pemilu, dan pemilihan. Biasanya, orang yang jadi kandidat calon OSIS orangnya suka so cool gitu. Padahal muka kayak tutup ompreng wkwkwk.

Kalau gue lihat di Sekolah lain yah, banyak sekali orang yang ingin jadi Ketua OSIS. Bahkan, untuk menjadi Pengurus OSIS saja kita harus bersaing dulu dengan yang lain. Segala di tes, ditanya-tanya, dan lain sebagainya. Pokoknya sakral banget deh! Kayak Pemilihan Kades.

Cuman bedanya nggak ada serangan Fajar sih, apalagi serangan suap. Yang ada hanya senam jantung doang.

Itu di sekolah lain. Nah, sedangkan di sekolah gue pribadi ketika pemilihan Ketua OSIS casual aja tuh. Nggak pakai ribet! Siapa yang nyalon, dia yang menang wkwkw.

Dulu gue nyalon jadi Ketua OSIS dengan spirit 45, kayak mau perang melawan serdadu gitu. Gue kira yang bakal nyalon ada banyakan biar ada persaingan yang ketat gitu, apalagi sampai debat. Wih! Kece banget deh.

Tapi sayangnya perkiraan itu hanya menjadi khayalan semata. Mengapa? Karena realita mengatakan yang nyalon Ketua OSIS hanya gue semata. Haduh! Parah deh. 

Dan akhirnya gue dipilih secara aklamasi, bukan demokratis.

Semenjak gue menjadi Ketua OSIS ada banyak yang gue dapat. Mungkin berlembar-lembar kertas tidak akan cukup menampung kesan gue ketika menjadi Ketua OSIS kalau gue belum mulai tuh nulisnya wkwkw.

Kesan gue yah ketika menjadi Ketua OSIS, meliputi:

1. Bisa dekat dengan Guru

Selama elo menjadi Pengurus OSIS, maka bukan tidak mungkin elo dekat dengan Guru. Karena kalau misalnya kita jauh dari Guru, ketika kita mengadakan kegiatan respon dari Guru pasti apatis. Nggak mendukung. Kenapa bisa kayak begitu sih? Karena gue sudah mengalaminya. Tapi beruntung, itu tak bertahan lama karena Guru-guru di Sekolah gue pada baik buktinya beliau yang akhirnya mendekati sama gue dan teman-teman. 

Jadi buat elo yah, ketika jadi Pengurus OSIS dekati deh Guru. Karena mereka pasti akan membantu kita ketika mengalami kesulitan.

2. Bisa dekat dengan anak baru

Ketika ada anak baru di Sekolah, apalagi cewek yah! Sudah cantik, berkecamata, senyumnya manis bak Nisa Sabyan, sopan lagi. Wih! Pasti cowok-cowok langsung otodidak jadi intel. Sayangnya yah, mereka itu jadi intel, tapi ketika dekat sama si cewek diam aja gitu kayak paku. Entah mengapa itu terjadi.

Di saat elo mendengar ada anak baru, kesempatan untuk dekat sama dia kayak terbuka lebar banget. Elo tinggal dekati dia, bilang aja elo Pengurus OSIS pasti dia akan antusias. Lalu elo tanya dia pindahan dari mana? Mengapa bisa sampai ke sini? Se-kreatif elo deh. Pasti sedikit-demi-sedikit dia akan terbuka, kalau tidak bagaimana tuh? Calm, cari tutorial kencan di You Tube wkwkw.

3. Belajar sabar

Sabar itu perlu banget deh ketika kita jadi Pengurus OSIS. Karena dinamika organisasi tentunya tidak akan berjalan baik saja, pastinya akan ada saja masalah di dalamnya. Mulai dari Ketua, Anggota, bahkan Pembinanya. Makannya sabar itu harus banget deh, kalau tidak sabar, ya udah dalam beberapa hari ke depan konflik akan membesar bagaikan api yang menjalar. Kita tinggal bingung. Bingung. Memikirkannya.

4. Dipaksa untuk bisa mengeksekusi masalah 

Seperti halnya gue bilang tadi, dinamika organisasi tidak akan berjalan baik saja, pasti! Akan ada konflik. Di sinilah kita dipaksa banget deh buat bisa mengatasinya. Apalagi pasa ada acara, Pemateri mendadak tidak bisa datang, atau ketika disuruh kumpul buat rapat yang datang hanya tiga orang, waduh! Auto bingung banget deh! Merasa kayak tidak dihargailah, tidak dihormati dan lain sebagainya.

5. Dipaksa untuk saling memahami

Di dalam suatu organisasi anggotanya bermacam-macam banget. Ada yang calm, vokal, sulit diajak kerja sama (tapi diajak nyeblak gampang), dan lain sebagainya. Kita dipaksa banget loh saling memahami agar tali kekeluargaannya tetap terjalin dengan baik. Jika tidak berjalan dengan baik, hancurlah organisasi tersebut. Untuk itu, kita harus rajin-rajin mengenali karakter-karakternya agar timbulnya saling memahami.

Nah, itulah kesan gue ketika menjadi Pengurus OSIS. Sebenarnya masih banyak sih, cuman gue nggak mau aja gitu. Takutnya apa yang gue tuangkan terlalu berlebihan dengan kejadian di lapangan. 

Saran gue buat Pengurus OSIS, tetap semangat! Elo adalah orang pilihan yang diberi amanat oleh Tuhan untuk bisa memberdayakan Sekolah menjadi lebih maju dari OSIS periode sebelumnya.


Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement