Dulu, kusering menyempatkan waktu yang banyak untuk sendiri. Di temani dengan sebuah buku, kopi hitam, dan alunan lagu yang melow sudah cukup membuatku bahagia. Kuhabiskan waktu untuk mengobrol dengan diri sendiri, tanpa malu atau ragu dicap crazy oleh orang lain.
Dulu, waktuku terasa begitu bermakna. Pagi hari sampai siang, kuhabiskan dengan belajar di Sekolah. Dilanjut Sore sampai malam menulis impian-impian yang ingin kucapai nanti.
Namun, meskipun aku sibuk dengan diri sendiri, bukan berarti aku tak mau bersosialisasi. Tidak. Itu adalah kewajiban yang harus aku lakukan!
Banyak orang yang berpikir keliru tentang kepribadiaan orang lain. Entah alasannya apa? Padahal pada hakikatnya setiap orang mempunyai jalannya masing-masing, maka kita tak perlu pusing memikirkan.
Seperti halnya seorang yang pendiam atau jarang kumpul, di kalangan kita sering dicap anti sosial dan sebagainya. Padahal bisa saja dia tak gabung karena alasan tertentu. Semisal, ingin selesai dulu dengan dirinya sendiri.
Dulu, aku sengaja menutup diri karena ingin selesai dulu dengan diri sendiri. Setelah selesai, baru bergabung. Ya, minimal sudah punya background yang kuat untuk tidak terjerumus oleh budaya-budaya negatif.
Memang, banyak bacotan-bacotan orang yang bersileweran, ketika aku memutuskan untuk tidak gabung. Tetapi itu tidak membuat mentalku menyerah untuk tetap konsisten, karena aku sudah punya prinsip harus selesai dulu dengan diri sendiri!
Sekarang, setelah tiba saatnya untuk gabung, hari-hariku sibuk berbincang dengan orang-orang. Aktivisku yang dulu, terabaikan begitu saja. Ingin kukembali, tetapi keadaan sudah memaksaku untuk tidak kembali.
Jika aku kembali, perkembangan diriku akan sulit tumbuh. Sebaliknya, jika terus bertahan, pertumbuhan diriku dari segi pemikiran dan pengalaman akan banyak kudapatkan.
Ah, antara harus kembali atau tidak aku memang sudah memutuskan untuk tidak kembali. Karena ini semua demi masa depanku kelak.
0 Komentar