Siang hari suasana Perpus begitu menyejukkan, karena tidak banyak orang-orang yang berkunjung. Entahlah mengapa hari ini Perpus begitu sepi sehingga membuat suasana tampak sunyi, tidak seperti biasanya. Tetapi aku senang dengan suasana sekarang, karena bisa merenung memikirkan banyak hal. Termasuk masa depan.
Alunan lagu Runtuh karya Fiersa besari terdengar begitu syahdu sehingga membuatku tersentuh untuk menghayatinya. Entah mengapa ketika menghayati lagu ini, muka seseorang yang memutar lagu ini terbayang di benakku. Seulas senyum terbingkai di bibirku.
Ah!!! Tidak! Tanda apa ini Tuhan? Apakah ini tanda aku suka sama dia? Tidak mungkin!
Berbagai upaya telah kulakukan untuk tidak teringat akan padanya, tetapi gagal begitu saja. Apa yang harus aku lakukan Tuhan? Apakah aku harus bersikap santai seolah-olah tidak terjadi apa-apa? Atau....
"Maaf Kak, ini bukunya?" ucap seseorang yang tak lain adalah dia yang sedang aku suka. Rasa gugup menyelimutiku dalam diam. Bibirku kembali menyunggingkan senyum, sehingga membuat dadaku dag-dig-dug tak karuan.
"Makasih," hanya kata itulah yang keluar dari mulutku. Kupandangi wajahnya, ia sedang tersenyum menatapku.
"Oh iyah, Kak buku ini dikembalikan tanggal 17 yah," ucapnya lagi, masih sambil tersenyum.
"Iyah. Kamu beres PKL-masih lama kan?" tanyaku dengan berharap mendapat balasan segera, karena jujur saja aku belum siap berpisah dengannya.
"Masih lama." balasnya singkat, lalu pamit kepadaku untuk kembali ke tempatnya tadi.
Setelah ia pergi dari hadapanku, aku kembali tersenyum. Karena dia masih lama pergi. Itu artinya masih ada kesempatan untukku berdamai dengan perasaan ini.
Bayangkan kalau aku belum berdamai dengan perasaan ini, lalu dia pergi. Harus kulampiaskan kepada siapa kerinduan ini? Kalau bukan kepadanya. Aku memang tidak berharap memilikinya, karena belum saatnya. Aku hanya ingin segera berdamai dengan perasaan ini.
Kau memang masih lama di sini, tetapi aku tak mau berdiam diri menikmati semua ini. Karena kenikmatan ini akan berakhir. Bahagiaku mungkin akan menjadi duka ketika kau benar-benar pergi. Maka untuk itulah aku akan terus berusaha semaksimal mungkin untuk segera berdamai.
Sebagai seorang pejuang yang sejati, kita harus berpikir ke depan. Bukan santai-santai. Karena halang rintang tidak akan pernah usai. Mungkin hari ini kita mampu melewati halang rintang yang datang. Tapi nanti bagaimana? Kita tidak tahu. Maka untuk itulah dari sekarang memperbanyak pengalaman agar kelak halang rintang yang baru menghadang, kita sudah punya rencana yang matang untuk melawan.
Aku bersyukur telah mengenalmu. Karena dengan mengenalmu telah membuka cakrawalaku bahwa perempuan yang kuidam-idamkan memanglah ada. Kukira keinginanku itu hanya akan menjadi khayalan semata. Ternyata itu benaran akan menjadi nyata, jika aku terus berusaha untuk terus berdoa kepada sang pencipta.
Harapanku, semoga kita bisa sama-sama bisa berdamai dengan perasaan ini. Agar kita bisa kembali menjalani hidup seperti biasanya.
0 Komentar