Pertemuan Yang Tak Pernah Terpikirkan




"Ini Nur, buku yang akan kupinjam 30 saja," kataku kepada Nur, yang tak lain adalah teman lamaku dulu. Kebetulan dia sedang PKL di Perpusda Pandeglang, jadi aku bisa bebas pinjam berapa pun.

"Lah, katanya mau 50. Kenapa nggak jadi sih?" tanyanya sambil fokus melihat Laptot, menghitung jumlah buku yang aku pinjam.

"Udah segitu aja ih, wong gelar bukunya juga permulaan. Cepetan di data ih!" 

"Siap-siap!"

Aku duduk di kursi dekat Nur, lalu kuhirup nafas dengan pelan. Untuk sementara waktu, kesibukkan ini tergantikan dengan rasai damai. Pikiranku menerawang ke hari-hari sebelumnya, di mana hari-hariku begitu menyibukkan.

Apalagi hari ini, selepas pulang sekolah aku harus negosiasi dengan pihak Perpus untuk meminjam buku. Beruntunglah tadi negosiasiku berhasil, kalau tidak, mungkin jauh-jauh ke sini hanya membawa harapan yang terpatahkan oleh kenyataan menyakitkan.

Mataku tertuju kepada Ruang tempat meminjam buku. Di sana, dulu ada seseorang yang sering duduk sambil mendata para pengunjung yang datang. Dia adalah seorang perempuan yang aku suka, namun sayangnya dia sudah pergi entah ke mana.

Kupejamkan mata untuk menerima kenyataan ini. Dia memang sudah pergi, sebab dia hanya PKL saja. Seharusnya aku bisa berdamai dengan perasaan ini, bukan memikirkannya lagi. Tetapi mau bagaimana lagi semua ini terjadi begitu saja.

Entah mengapa kesibukkan ini tak bisa melupakannya. Padahal dengan melakukan kesibukkan biasanya sangat mudah berdamai dengan perasaan. Ada apa ini? Apakah aku harus mencari cara yang baru untuk bisa berdamai dengan perasaan ini? Ya, itu benar. Sebab aku juga tak mau terlalu lama terbias oleh perasaan ini. Ditakutkan target-target yang kubuat tidak terkejar sebagaimana mestinya.

Mataku kualihakan kepada Nur yang sedang fokus menatap Laptot. Aku tidak mau terlalu lama melihat ke arah sana, sebab itu hanya akan membuatku tertikam oleh kerinduan yang berkepanjangan.

"Gantian ngetik euy, dari pada diam aja," kata Nur ketika melihatku hanya duduk santai.

Tadinya aku ingin menolak, karena ini adalah tugas yang harus dia kerjakan. Tetapi ketika aku melihat buku bacaan yang kupinjam masih banyak yang belum di data, dengan berat hati aku mengerjakannya.

Ketika aku sedang sibuk men-data buku, terdengar seseorang mengucapkan salam.

"Assalamualaikum?"

"Waalaikumsalam." jawab kami serentak.

"Eh, Kak Linda gimana kabarnya?"

"Baik," 

Ketika Nur mengucapkan kata 'Linda' dengan secepat kilat aku menoleh kearahnya. Di sana, tepat di samping Nur, berdiri seseorang yang kurindukan. Siapa lagi kalau bukan seorang perempuan yang diceritakan di awal. 

Antara bahagia dan terkejut melihatnya menyelimutiku dalam diam. Hanya seulas senyum yang bisa kulakukan. Hatiku berbunga-bunga tiada tara bagaikan seorang Ibu yang telah lama tak bertemu dengan anaknya.

"Wih! Biasa wae atuh melihat Kak linda nya euy," kata Nur kepadaku, sambil mengibaskan buku di depan mukaku.

"Eh, maaf kak." kataku salting. 

"Ih, ngapain minta maaf santai aja sama saya mah." kata linda sambil diiringi senyum manis.

Lalu kami pun berbincang lama, sambil diiringi tawa. Sebenarnya aku sengaja menyelipkan canda di setiap perbincangan, agar tidak kaku. Terbukti, suasana yang tadinya terasa kaku berubah menjadi santai.

Hari ini memanglah hari yang menyibukkan. Tetapi di sela-sela kesibukkan Tuhan telah memberi kejutan yang tidak pernah kupikirkan. Aku tidak mau berpikir jauh tentangnya, apalagi meramal dapat bertemu dengannya selepas beres PKL. Karena takut apa yang kupikirkan berubah menjadi rasa sakit yang tak tertahankan. 

Dengan bertemu dengannya, aku kembali mendapatkan energi untuk kembali bangkit dari kesibukkan ini. Dan tak lupa, men-transfer kerinduan yang telah kupendam ini agar tidak menjadi lautan rindu berkepanjangan. 

Banyak kata-kata yang ingin kuucapkan padanya, tetapi mungkin hati dan pikiranku terlalu terbias oleh kebahagiaan di luar nalar ini. Akhirnya hanya senyum tuluslah yang kuberikan.

Di setiap pertemuan pastilah akan ada perpisahan. Tetapi bukan tidak mungkin kita dipertemukan kembali oleh Tuhan di tempat yang sama, kecuali kita sudah mati menghadap-Nya.

                                Pandeglang, 21-01-2022





Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement