Mencari Langkah: Menikmati Masa Muda dan Mengejar Cita-Cita


 


 Beri aku sepuluh pmuda maka ak aku guncangkan dunia. *Bung Karno

Masa muda itu aset. Sesuatu yang tak boleh disia-siakan. Gagal dikelola efeknya amat berbahaya. Terlebih kita hidup di mana hedonis dan romantis meng-gejala ke segala lini. Mabuk-lah sebagian kita di tengah arus global.

Pada jadinya budaya bucin, alay, dan mental kerupuk subur di bawah mental sadar remaja dan di antara kita. Pemuda seharusnya sudah mandiri dan mampu menglola langkah, mirisnya masih terseok oleh pencarian jalan.

Miris!

Di persimpangan jalan inilah, demikian kata Muchtar Lubis, butuh mental baja yang punya prinsip besar untuk memahaminya.

Kita anak muda, bukan lagi saatnya cari kenyamanan di ketiak ibu kita; bukan lagi cari sensasi absurd untuk melumpuhkan hati wanita; terlebih terkapar di kandang modal sogok sana-sini.

Apa kata dunia nanti?!

Setiap celah menuju masa depan cerah seharusnya dapat kita ambil bagian maupun jalan di sana, gunakan itu. Bukan banyak tanya dan hanya membesarkan curiga belaka.

"Hati-hati, perkumpulan di sana begitu, terus bisa gituan, buhayaya!"

"Cari yang lurus, gak usah macam-macam. Cari penyakit!"

"Pelajar itu belajar bukan keliaran, cukup fokus sekolah. Gak usah sok idealis, dicokok Pak Polisi, baru nyaho sia!"

Demikian suara yang banyak terdengar, selalu mencukupkan pandangan pada satu jalan tanpa mau menggali lebih jauh apa dan gimana apa yang dicurigai itu.

Secara logika ilmiah ini absurd. tak ada dalil shahih untuk menyangga realitas modan syakawangsa. Curiga itu, lama-lama hanya menumpukan jiwa kritis diri tanpa ampun.

Padahal lahirnya kemrdekaan itu, semangat juang pemuda yang patriot terhaadp derita rakyat. Dari mereka rela menyingsingnkan kelezatan baso dan kenikmatan muda, demi cita-cita bangsa merdeka.

Nah kita, tak harus macam itu. Kita sudah merdeka, bisa bebas bersuara asal tahu etika maupun hukum psositif bangsa. Diam tak menjawab problem apa-apa.

Kita bisa tetap bahagia dan tersenyum ceria asal bisa mengelolanya dengan baik. Selagi muda, ayo banyak baca dan latih berfikir cerdas!

Jangan  bangga jadi genrerasi latah, yakni orang yang mudah sekali mngikuti apa yang viral atau lagi nge-top jati diri hilng, pikiran telanjang tak punya prinsip.

Ngeri!

Secara sederhana, orang itu bisa dikatakan tengah membangun jurang untuk dirinya sendiri. Menodai esensi dan pesan perjuangan para pahlawan bangsa.

Padahal pemuda pelopor perubahan dan pelajar itu cikal estafet perjuangan. kepemimpinan mutlak diperlukan untuk menunjang proses lancarnya pembangun bangsa.

Oleh karna itu, mari pahami tujuan Alah menciptakan kita untuk apa, apa tanpa tujuan jelas. Untuk itu, mau nunggu apa lagi?! []


Setra Jaya |  30 Januari 2022

Mahyu An-Nafi 

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement