Melihatmu Tersenyum

        Sumber ilustrasi  berita.baca.co.id
Kita sering melihat orang yang tak enak di pandang, lalu efeknya kita enek dan benci sama dia. Padahal, kalau kita pikir secara teliti buat apa kita benci dia hanya karena muka nya tak menawan ketika di pandang. Buat apa? Setiap orang itu sempurna, begitulah tutur kata dari orang yang bijak.

Kalimat ini mungkin sudah tak asing lagi di telinga kita. Dari sekolah dasar sampai tingkat SMA guru-guru secara rutin mengatakan kalimat ini. Tentu kita terkadang merasa bosan mendengar kalimat ini. Bahkan, yang lebih parahnya kata-kata itu masuk ke telinga kanan dan, dikeluarkan dari telinga kiri. Secara sadar, kita sering melakukan hal ini. 

Tetapi sebaliknya, ketika kita melihat orang yang menawan di pandang, kita langsung suka. Tidak ada kebencian yang kita munculkan seperti kepada orang yang kurang menawan. Ah, terkadang kita secara sadar melakukan hal ini.

Ketika kita menyukai seseorang, yang katakanlah dia tak menawan. Tapi setelah ada rasa yang menghinggapi kita, semuanya tampak berubah. Yang tadinya kita benci, sekarang kita mulai berani berkata kepada diri sendiri bahwa kita cinta mati. Apa yang terjadi dengan semua ini? Bukankah dulu kita benci dan tidak menyukai sama sekali. Lantas kenapa kita tak ingin dia pergi? Ya, itu artinya kita sudah kesambet oleh perasaan.

Perasaan benci, akan berubah menjadi perasaan sayang ketika sudah kesambet oleh perasaan. Begitu juga dengan senyummu yang manis, telah berhasil menghujam ulu hatiku. Lalu, akibatnya aku mulai jatuh hati padamu. Aku akui, senyummu itu berbeda dengan senyum yang dulu. Dulu, ekpresi muka mu biasa saja, bahkan tak membuatku tertarik sama sekali. Lantas, kenapa sekarang berbeda? Ya, itulah yang sedang aku pertanyakan di dalam diriku. 

Apa alasanku menyukaimu?
Apakah aku hanya menyukai senyummu? Atau, setelah aku bosan dengan senyummu apakah perasaan ini akan mati rasa? Entahlah. 

Aku tak mau memprediksinya, apalagi sampai meneliti terlalu dalam. Bukan berarti aku tak bisa, apalagi malas, bukan. Tapi aku hanya ingin semua ini mengalir dengan sendirinya. Seperti halnya air di sungai. Mungkin saja, perasaan akan padamu hanya mengalir sesaat lalu kering kembali seperti halnya dulu sebelum ada rasa kepadamu.

Buatku, melihatmu tersenyum sudah cukup mengobati rasa rindu yang semalam aku pendam. Lantas, buat apa aku paksakan untuk segera mendapatkanmu kalau semua ini sudah terasa cukup. Sebab pada hakikatnya perasaan itu hanya cukup dirasakan.


Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement