Antara Kamu Dan Hujan


Hujan begitu lebat, sehingga membuatku terpaksa untuk beristirahat. Fisikku memang sedang beristirahat, tapi tidak dengan batinku karena selalu terpikirkan tentangmu. Hujan ini mungkin mewakili perasaanku yang sedang tak karuan ini. Maju salah, mundur juga salah. Sudah berulang kali kupaksakan untuk tidak memikirkanmu, tapi tetap gagal juga. Aku tahu, sebenarnya yang lelah hanya diriku. Setiap hari selalu dihantui tentangmu. Takut kamu pergi meninggalkanku. Dan takut kau bosan bersamaku. Ketakutan-ketakutan yang tidak kuinginkan terus berputar-putar di kepalaku bagaikan sebuah roda sepeda atau, roda mobil jiga boleh. Asal jangan roda mainan saja. Tahu nggak kenapa alasannya? Karena terlalu kecil wkwkwk.

Kata orang hujan itu anugerah, maka kita harus bisa mensyukurinya. Menurutku, kamu juga ibarat hujan. Sebab, kamu adalah sebuah anugerah yang harus aku terima meskipun bikin sakit di dada. Bukan di punggung, apalagi di kepala. Kalau sakit di kepala itu berarti bukan karenamu, tapi karena terlalu banyak beban yang aku pikirkan. 

Kita ini memang harus mensyukuri hujan, meskipun dalam kondisi apa pun. Mungkin, aku juga harus mensyukuri kehadiranmu, meskipun itu membuatku bingung. Yups, bingung dengan tingkahmu yang setiap hari berganti-ganti peran bagaikan seekor bunglon di pohon. 

Kulihat kanan kiriku, tidak ada siapa-siapa. Kukihat walpaper hp-ku, eh, ada fotomu sedang tersenyum wkwkwk. Entah mengapa, melihat fotomu tersenyum aku juga ingin ikut tersenyum. Mungkin besok aku harus meminta fotomu sedang sakit perut, agar aku kembali sakit perut(ih, garing banget woy!). 

Hujan, tolong sampaikanlah rinduku ini padanya. Jika dia nolak, buanglah rindu ini kelautan agar aku bisa menerima penolakannya dengan lapang dada seluas lautan itu. Jangan kau paksa dia menerima, sebab takut air mata dia menggenang melewati muka cantiknya.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement