Dua bulan sudah hubungan kita berakhir. Bagaimana kabarmu sekarang? Dan bagaimana hubunganmu dengan pacar barumu? Aku tak tahu pasti tentang keadaanmu sekarang. Dan aku tak mau memprediksinya. Buat apa rasanya aku mencari tentangmu lagi? Bukankah kamu sudah bahagia dengan lelaki lain. Terus terang, aku juga ikut bahagia mendengarnya. Ya, walaupun di lubuk hatiku yang paling dalam. Rasa sakit masih tak bisa kutahan. Begitu juga dengan air mataku yang tak bisa kubendung, setelah melihatmu tertawa bahagia dengannya.
Patah hati memang membuatku sering menderita di akhir waktu. Apalagi setelah aku teringat kenangan masa lalu bersamamu. Sudah pasti air mataku berlinang tak terkira. Kamu memang tega. Setelah kuberikan cintaku sepenuh hati, kamu membalasanya dengan patah hati. Apa katamu dulu setelah kamu meminta hubungan kita berakhir.
"Kamu kurang perhatian kepadaku. Kamu terlalu menyibukkan diri dengan tugas sekolah. Sehingga tak mau meluangkan waktu bersamaku."
Terus terang, andai kamu mau meluangkan sedikit waktu untukku menceritakan kesibukkan yang sedang kualami. Mungkin, kamu akan memahaminya. Tapi... kamu tetap keras kepala, dan mulai mencari alasan yang lain. Bahkan tak mau mendengarkan ceritaku. Bukankah di dalam sebuah hubungan harus adanya saling keterbukaan? Lantas, kenapa kamu menolaknya? Entahlah.
Sebenarnya aku bingung dengan tingkahmu itu. Kenapa kamu menganggapku kurang perhatian? Padahal, disela-sela waktu luangku. Aku sering mengabarimu. Bahkan tak sungkan aku datang berkunjung ke rumahmu. Hanya untuk memastikan kamu sedang baik-baik saja. Tapi apa yang aku dapatkan? Kamu tak menyambutku dengan gembira. Seperti biasanya. Malahan kamu merasa kecewa dengan kedatanganku. Lalu memintaku untuk segera pulang. Apakah aku yang kurang perhatian? Atau kamu? Entahlah, aku bingung memikirkannya.
Setelah ke pergianmu, aku memang kurang bergairah melakukan rutinitas seperti biasanya. Tapi aku sedikit-demi-sedikit mulai membiasakan diri hidup tanpamu. Susah memang. Tapi aku tak mau menyerah. Pantang bagiku menyerah kepada masalah yang sedang kualami. Aku tahu, ini semua pasti akan ada hikmahnya yang bisa kupetik untuk kehidupanku di masa depan.
Dan kini, setelah kuberjuang mati-matian hidup tanpamu. Aku berhasil. Dan entah mengapa aku merasa bahagia dengan ke pergianmu. Akhirnya aku bisa tahu. Semenjak awal, kamu hanya main-main denganku. Bahkan, kata 'tulus' yang telah kamu ucapkan, ternyata itu hanya manipulasi biasa. Sudahlah. Barangkali semesta ingin mempertemukanku dengan seseorang yang tepat. Dan ia dapat menerimaku apa adanya. Bukan ada apanya sepertimu.
0 Komentar