Mati Rasa

Sumber ilustrasi dari  pekanbaru.tribunnews.com

Guys, pernah nggak sih elo merasakan mati rasa? Pasti sebagian pada udah mengalaminya. Okay, kalau sudah pernah mengalaminya itu bagus. Kenapa? Karena itu sebuah pengalaman yang berarti bat loh! Jarang-jarang orang lain mengalaminya. Sudahlah, jangan banyak bacot! Terima saja dengan lapang dada. 

Dan buat teman-teman nih yang belum merasakan mati rasa, santai saja yah. Nanti mengalaminya kok. Lah, kok seperti itu sih? Iyah, seperti itu. Toh, bisa sana setelah membaca tulisan ini kisana live mengalaminya. Jangan khawatir, sans saja euy. Dan nikmati prosesnya.

Penyebab kita mati rasa karena apa sih?

Kalau menurut google sih(tadi gue searching dulu😆) penyebab kita mati rasa karena adanya saraf tunggal yang rusak. Hihh!!! Ngerih bat dah😭 semoga praduga itu tidak kita alami yah. 

Haduh, sans euy jangan langsung dag-dig-dug, tuh dada. Apalagi sampai insecure. Hih, lebay. Toh, google kan tidak selamanya benar. Jadi, sans aja atuh. Mati rasa bisa saja sih karena kita patah hati, atau bad mood. Seperti halnya sekarang gue alami bro.

Apa yang gue inginkan sekarang, coba?

Gue mager bat dah. Pinginnya tidur nyenyak. Setelah bangun tidur, ada bidadari yang tersenyum sambil bilang. 'Tidur mulu tidur. Ini lagi sidang loh! Tidak konsisten amat!' Lalu, gue ikut sidang lagi, meskipun dengan mata layu. Buka-tutup kayak pintu lift gitu. 

Pikiran gue berjalan entah ke mana bro. Segala membawa gue kepada kesenangan, dan kenangan bersama mantan😭 what? Mantan? Iyah. Kenapa gue bisa rindu sama dia yah? Padahal dia sudah jelas-jelas sedang di penjara yang lumayan mewah. Dan setelah keluar dari penjara mungkin dia akan kembali menjabat😅 

(Haduh, keluar kontek yah).

Mati rasa itu memang bisa timbul karena kita pernah mengalami patah hati. Kenapa bisa terjadi? Karena kita sudah dikhianati. Janjinya akan setia sampai mati. Eh, setelah melihat yang lain, langsung tertarik. Dan meninggalkan kita yang sudah jelas-jelas tidak perlu di pertanyakan lagi level kesetiaan dan kecintaannya. Tapi kenapa dia memilih pergi sih? Kenapa? Entahlah, gue juga terkadang bingung memikirkan perihal ini.

             _________________________
              "Mati rasa itu boleh,
              Mati gaya itu tak boleh."
         ____________________________


Mati rasa itu boleh bro. Itu wajar bat dah. Karena itu timbul secara alami. Selagi tak dibuat-buat, apa salahnya coba? Lagian yah, mati rasa itu rasanya tuh santai banget bro. 

Kita bertemu cewek misalnya, dia tuh tajir bat dah, incaran para kaum adam. Cowok yang lain, ketika bertemu dengan dia, hatinya dag-dig-dug bat dah, hatinya kayak di oyak-oyak gitu. Dan ada salah satu pikiran yang timbul di kepalanya. Apakah itu? Dia PD bahwa si cewek ini suka sama dia. Hih, kuno bat dah pikirannya yah! 

Sedangkan ketika kita melewati si cewek ini, kita santai aja. Meskipun hatinya dag-dig-dug yah. Tapi, hal itu tidak membuat kita mempunyai pikiran bahwa si cewek suka sama kita. Kenapa? Karena kita sudah lelah dengan yang namanya perasaan cinta. 

Makannya ketika kita bertemu dia, kita menyapa dia. Atau tersenyum juga itu sudah cukup kok. Lain halnya ketika kita terus ke PD-an bahwasannya si cewek ini suka sama kita, buktinya dia tersenyum. Dih! Halu aja sono! 

Ya, itulah keberuntungan kita mengalami mati rasa. Yaitu bersikap santai urusan hati. Bukan berarti kita tidak mau menikah, atau mau terus tertutup urusan hati. Bukan. Tapi kita tidak mau menyia-nyiakan waktu untuk berdua dulu. 

Kita mau menyibukkan diri dulu dengan melakukan aktivitas yang menyenangkan versi kita. Kelak, setelah Tuhan mempertemukan kita dengan seseorang yang sesungguhnya. Barulah kita mulai terbuka padanya, dan memberikan semua cinta dan kasih sayang kepadanya. Begitu loh!

Itu konteks kalau kita mati rasa. Nah, kalau kita mati gaya gimana tuh? Ribet bat dah. Gue saranin jangan mau mengalaminya yah. Semoga saja kita tak mengalaminya. Adapun elo yang sudah mengalaminya, perbaiki diri yah. Dan carilah gaya sesui selera🤗









Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement