Makan bareng anggota himpunan 2023
"Jangan lupa nanti rekapitulasi data, datang. Ini suratnya, ttd dulu." Kata Vika, sambil menyerahkan beberapa surat.
"Buset, Sektim terniat. Kenapa harus ada surat?"
"Situasi tim kita lagi terguncang cuy! kita banyak dikejar dead line tugas ngampus dan lain-lain, so gue berharap dengan resmi begini kita bisa segera kumpul, terutama kortimnya sih! Turun gunung.''
"Haha, siap Bu Sektim."
"Itu poin-poin yang akan dibahas, dan poin utamanya kita harus merombak kembali jadwal serta target perharinya dengan fleksibel lagi. Oh ya, besok kita harus handle tugas teman-teman bertemu responden. Awas aja kalo lupa, gue kudeta nanti haha."
Lalu dia pamit pergi untuk bertemu dua responden. Sektim kocak emang, tidak gampang ditebak. Tapi yeah, begitulah.
Sebelumnya gue mau menginformasikan bahwa pada hari ke seratus tiga puluh empat ngampus tidak gue tulis, karena gue tidak mengikutinya. Yeah, biasa mata kuliah kewirausahaan sosial yang dilaksanakan pada hari Sabtu itu, gue sebenarnya mengikuti sih sebentar sambil kerja, tapi karena merasa tidak efektif ya udah gue lagout aja.
Ketika Dosen meminta list siapa aja yang hadir ke penanggung jawab mata kuliah, gue jujur tidak mengikutinya. Sebenarnya bisa aja gue beralasan bahwa gue hadir cuy, meskipun sebntar, tapi biarlah akui saja bila tidak melakukannya, kan begitu ya, itulah yang dilakukan oleh pria gentalman wkwk.
Hari Ke Seratus Tiga Puluh Empat Ngampus, mata kuliah ada dua yaitu kewirausahaan sosial dan strategi perencanaan pembelajaran pendidikan non formal. Untuk mata kuliah kewirausahaan sosial, seperti biasa dialihkan ke hari Sabtu. sedangkan mata kuliah satu lagi secara tiba-tiba akan diselenggarakan secara daring.
Dengan pembelajaran daring tersebut, sebenarnya itu adalah kesempatan bagi gue untuk tidak ke kampus. Tapi karena pertama, gue harus kumpulan untuk persiapan lomba karya tulis ilmiah yang kebetulan pengirimannya hari ini terakhir jadi mau tak mau gue harus ikut yang kebetulan di Kampus. Dan kedua, ada kumpulan pengurus himpunan, skakmat sudah cuy!
Gue memakai pakaian layaknya santri. Yeah, pakai hoodie dan bawahnya sarung, kocak emang gue mau mencoba model baru, sambil juga mencoba mental apakah kuat menerimanya? Lumayan menantang dah. Gue naik mobil angkutan umum Ps, wih ramai banget. Sampai-sampai gue haru duduk di belakang supir cuy, mana bawahnya terasa panas lagi.
Untuk terlihat santai, gue memakai headset dan membaca buku dengan serius. Dalam hati gue ngakak, kocak bat dah cuy, tampilan santri tapi gayanya bak mahasiswa. lah, emang gue mahasiswa kan? Hmm. Ketika gue mau turun, cewek yang ada di depan gue tiba-tiba sopan sambil senyum mengambilkan sendal gue yang memang dari awal gue lepas, pokoknya beda dah bukan hanya si teteh aja tapi juga gue perhatikan yang lain sama. Iyah, sama-sama nafas maksudnya wkwk.
Jujur dah dalam hati gue ngakak, hal ini bisa terjadi apa karena gue baca buku? Entahlah.
Ketika gue masuk ke lingkungan kampus, banyak orang-orang yang melihat ke arah gue. Mungkin dalam hatinya mereka bilang, 'Ini anak mau ke mana? Salah masuk cuy!' Gue tanggapi dengan bodo amat, yang ada dipikiran gue adalah tetap tenang dan jangan geer, mereka hanya melihat selintas aja. Persepektif itu mmbuat kepercayaan diri gue tetap stabil.
Mata kuliah dimulai setelah Shalat Ashar. Jujur dah nggak efektif banget cuy, gue juga karena merasa nggak efektif lebih baik bantuin membuat karya tulis ilmiah biar cepat selesai. Yeah, gue biarin aja dah, kalo nggak paham tinggal lihat dari power point kelompok yang sedang presentasi.
Setelah selesai, gue tetap mengerjakan karya tulis ilmiah sendiri karena tim kelompok lombanya pergi duluan ada kegiatan. Pukul setengah enam barulah gue OTW ke tempat kumpulan himpunan yang ternyata dimulainya setelah shalat Isya. Terus sebelumnya ngapain? Biasa siap-siap sambil menunggu yang lain.
Gue bertanya kepada diri sendiri, sia-sia bat dah gue datang ke kampus kalo hanya untuk beginian doang, enakan gue di rumah belajar hal yang gue suka. Atau mengerjakan tugas-tugas yang bentar lagi dead line, banyak bat dah. Beruntungnya Tuhan masih memberikan gue ketenangan dalam berpikir dan bertindak, kalo kagak bisa-bisa gue stres ugal-ugalan cuy!
0 Komentar