Memaknai Hidup Dalam Kecamata Mereka

Bersama ketum firdaus 
"Apa makna hidup dalam kecamata, elo?" Tanya gue ke ketum Firdaus setelah selesai wawancara Ari.

"Hidup itu adalah ujian." 

Kita menjalani hidup ini banyak ujiannya. Contohnya aja kita datang ke sini banyak ujiannya, jalannya terjal, berbatu, licin, dan itu ujian. Kalau kita tidak kuat tadi dalam perjalanannya, mungkin tidak bakalan berada di sini menikmati suasana alam yang mempesona. Berhubung kita tetap jalan dan sabar dengan berbagai macam ujian akhirnya sampailah di sini. 

Dalam kecamatanya tentang orang-orang memaknai hidup itu berbeda-beda. Berkaca kepada kata sakti, Bhineka Tunggal Ika, kita tidak bisa mensama ratakan makna hidup kita dengan orang lain. Ada orang yang sering mager melakukan sesuatu, itulah makna hidupnya. Ada orang yang setiap hari pacaran tanpa neningkatkan kualitas diri buat ke depan, itu makna hidupnya. Semua itu tergantung persepektif. 

"Apa yang ingin Daus ubah bila kembali ke masa lalu?"

"Menambah belajar."

Dia menyesal dulu waktunya digunakan dengan sia-sia, tidak bermakna sama sekali buat kehidupannya ke depan. Padahal banyak kesempatan-kesempatan datang, tapi tidak bisa dimaksimalkan dengan baik. Tentunya menyesal itu tidak akan berguna bila tidak ada perbaikan, maka dari itu dia bertekad untuk menambah belajar bukan hanya di sekolah tapi di luar sekolah baik di organisasi, masyarakat, dan lain-lain. 

Untuk ke depannya dengan menambah belajar lebih giat dan ulet, dia berpandangan akan mengubah kehidupannya. Agar tidak stak di situ-situ saja.

Ada tiga peristiwa yang susah dilewati dan itu membentuk karakternya sehingga mempunyai pandangan hidup itu adalah ujian, diantaranya:

 1. Lingkungan organisasi

Di lingkungan organisasi dia bebas berekpresi menjadi dirinya sendiri. Support dan bantuan-bantuan dari teman satu organisasi selalu membuatnya pantang menyerah dalam keadaan yang terasa kian parah. Yeah, karena dulu lingkungan sekolah dan masyarakat seolah-olah tidak menjadi pendukungnya. Alih-alih hidup bebas layaknya orang tanpa cacian dan hinaan, ini tidak, yeah begitulah kira-kira.

 2. Keluarga

Tekanan keluarga itulah salah satu alasan mengapa dia terus bersemangat belajar dan belajar meningkatkan kualitas diri. Agar di mata masyarakat tidak diremehkan. Perihal ini gue mungkin hanya kemukakan sebagian di sisni karena bersifat privasi.

 3. Teman

Mempunyai teman yang satu misi, satu frekuensi dan satu perjuangan tentunya menjadi dambaan orang-orang. Dengan mempunyai teman seperti itu, segala konsep pemikiran yang kita miliki untuk membangun organisasi atau hal lainnya terasa mudah. Cuman dalam beberapa fase kehidupannya dia sering dikhianati, atau malah ditinggal pergi oleh temannya itu. Padahal dia sedang membutuhkannya untuk berjuang menuju mimpinya. Menyikapi hal itu tentunya tidak munafik yah merasa sakit, tapi mau gimana lagi namanya juga hidup, banyak ujiannya. 

Selama hidup yang dia rasakan bahwa hidup itu menyakitkan. Dan rasa sakit itu sebuah batu loncatan untuk meraih kemenangan. Dalam segala aspek kita harus merasakan sakit dulu sebelum mendapatkan kenikmatan, karena kenikmatan akan terasa begitu berharga bila dalam prosesnya penuh lika-liku. 

Yang gue salut darinya adalah, tekadnya untuk merasakan sakit itu agar cita-citanya sebagi pejabat negara minimal Bupati atau DPRD tercapai. Gue hanya mengaminkan, keren juga kalau dua puluh tahun ke depan itu terjadi, dia jadi pejabat gue jadi wakil presiden atas bantuan MK haha. Anjay juga.

"Pesan Daus buat orang-orang, apa?" 

"Ada tiga, yaitu: tetap senyum, berdoa dan berinteraksi."

Kita harus tetap tersenyum meskipun masalah kita banyak, syukur-syukur senyum kita bisa menutupi masalah yang sedang kita hadapi oleh orang lain. Karena apa gunanya orang-orang tahu masalah kita, maka tetap senyum itu adalah kuncinya. Tidak cukup di situ kita juga harus banyak-banyak berdoa kepada Tuhan agar tidak cepat-cepat putus asa. 

Terakhir, banyak-banyaklah berinteraksi dengan orang lain. Kalau ada masalah apa pun bila tidak bisa menyelesaikan jangan dipendam, berinteraksilah karena tidak setiap persoalan bisa diselesaikan sendiri. 

Gue hanya wawancara sebentar doang, waktunya mepet bat dah. Biarlah, yang penting gue sudah diberikan pelajaran terkait hidup, bahwa hidup itu adalah ujian dan ujian itu menyakitkan. Tetapi dari rasa sakit itu terdapat hikmah yang bisa dipetik untuk bekal kehidupan di masa depan.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement