Tadi pagi pukul sembilan saya membuka notifikasi WhatsApp sekedar ingin tahu siapa yang nge-chat. Setelah saya meng-klik-nya mata saya teralihkan untuk membuka Grup Panitia training yang sepertinya sedang ramainya. Benar saja, di sana ada satu topik yang membuat semua orang tertarik untuk iku bergabung yaitu soal toleransi.
Sudah ada beberapa orang yang pro dan kontra membahas toleransi. Saya hanya geleng-geleng kepala melihat ini semua.
Namun, ada satu kalimat yang membuat saya termenung ketika membacanya. Yaitu dari Kang Fuad. Beliau bertutur seperti ini.
"Coba kalian lihat dulu tuh, sesama islam sudah saling toleransi belum."
Kata-kata itulah yang membuat saya termenung, sekaligus membuka cakrawala saya terbuka untuk melihat masalah-masalah yang sedang terjadi di umat islam sekarang.
Yang menjadi pokok pertanyaan dari masalah ini adalah, apakah boleh kita toleransi?
Sebenarnya boleh saja, asalkan kita harus peduli juga dengan keadaan saudara kita di luar sana yang mungkin sedang menghadapi kesulitan.
Saya sependapat dengan pendapat Kang Fuad. Yang mengatakan kita harus melihat dulu dengan kecamata kita sendiri, apakah di dalam umat islam orang-orangnya sudah sama-sama toleransi? Jika belum, maka marilah kita sama-sama memperbaikinya.
Tetapi menurut saya pribadi, kata Kang Fuad itu berbahaya jika di dengar oleh orang yang awam. Apalagi orang yang mempunyai pikiran yang dangkal. Karena ditakutkan kata itu dijadikan rujukan untuk tetap peduli kepada saudara se-muslim dan membenci orang-orang non muslim. Ini yang berbahaya.
Banyak orang-orang di luar sana terkurung oleh pemikiran sendiri, mengatakan jangan dekat-dekat dengan orang non muslim karena kita beda agama. Bahkan dengan terang-terangan menjelek-jelekkan agama mereka. Apakah itu baik? Tentu tidak.
Sebagai seorang muslim yang rahamatal lil'alamin kita tak perlu menjelek-jelekkan agama orang lain, apalagi sampai sumpah tujuh turunan untuk tidak berkomunikasi dengan agama lain. Itu pemikiran yang keliru.
Kebanyakan orang-orang seperti itu lahir dari terlalu fokusnya kepada agama sendiri tetapi tidak mau bersosialisasi. Sebenarnya, apakah bagus kita fokus kepada agama sendiri tetapi tidak mau menjalin komunikasi dengan agama lain? Tentu tidak. Karena sejatinya kita mahluk sosial, maka sudah seharusnya kita saling menerima perbedaan dan menjalin komunikasi yang baik antar agama mana pun.
Intinya, kita boleh toleransi. Tetapi jangan lupa dengan keadaan agama kita sendiri sedang terjadi apa. Karena jika kita lupa dengan agama sendiri, takutnya terbawa arus untuk pindah agama. Nauzubillahi mindjalik.
Pandeglang, 07-Januari-2022
0 Komentar